Setelah saya mengikuti kuliah Pendidikan Pancasila yang diampu oleh Bapak Alif Lukmanul Hakim, M.Phil. banyak ilmu yang telah saya dapatkan. Saya jadi mengetahui betapa bobroknya negara tercinta Republik Indonesia. Dalam kuliah Pak Alif banyak hal baru yang saya temukan. Sudut pandang saya tentang Indonesia terutama pemerintahannya, yang dahulu menurut saya, yaa memamg sudah tidak baik pemerintahannya, tetapi ternyata Indonesia lebih bobrok daripada yang saya bayangkan. Saya menjadi agak peduli tentang Indonesia, apalagi ketika mengikuti kuliah Pak Alif sering kali miris melihat kelakuan pemerintah Indonesia.
Mengikuti kuliah Pak Alif menyenangkan, karena setiap pertemuannya selalu berdiskusi tentang hal-hal yang berbeda, sesuai dengan yang dipresentasikan teman-teman. Apa yang dikatakan Pak Alif bahwa kebanyakan guru Pancasila atau Kewarganegaraan, gurunya sudah sepuh. dan benar saja, ketika saya melihat Pak Alif untuk yang pertama kalinya, saya terkejut, kenapa dosennya masih muda, padahal sebelumnya saya sudah membayangkan pasti dosennya sudah sepuh, teringat guru saya waktu SMA. Dan saya juga membayangkan, pasti kuliahnya membosankan, tentang pasal-pasal, UUD, dan lain sebagainya, yang akan membuat mengantuk. Tetapi, ternyata tidak benar, kita memang belajar pasal dan UUD, dengan cara yang menyenangkan.
Acara menonton film, yeng berkaitan dengan pemerintah Indonesia, menyenangkan, ada hal baru yang saya temukan, yang dulunya belum saya ketahui. Lalu, setelah menonton film, disuruh membuat resume, tidak apa-apa untuk yang pertama kalinya. Tetapi, jika terus-terusan, setiap nonton film, pasti disuruh membuat resume, jadi malas untuk menonton film, “tidak membuat resume tidak apa-apa, yang mau mendapat nilai saja silakan membuat resume”, ngendikanipun Pak Alif, laah, sama saja harus membuat, biar dapat nilai. Apalagi, ketika saya pernah tidak masuk di kuliahnya Pak Alif, karena sedang sakit. Pada hari saya tidak masuk, sebenarnya saya harus mengumpulkan tugas resume, dan ketika itu, pas saya tidak masuk di kuliahnya Pak Alif menonton film lagi, dan disuruh buat resume lagi. Jadi, pada hari Rabu selanjutnya, ketika saya sudah masuk kuliah, pagi-pagi saya harus membuat dua resume. Film yang pertama saya sudah lupa jalan ceritanya, dan yang kedua saya tidak menonton, dan saya harus membuat dua resume sekaligus, yang satu sudah lupa, yang satu tidak tahu. Alhamdulillahnya, resume tetap jadi, dengan film yang kedua ceritanya bertanya-tanya pada teman, akhirnya saya bisa mengumpulkan dua-duanya, saya kerjakan sebisa saya, dan hanya menghasilkan satu lembar saja. Tidak apa-apa, semoga biarpun satu lembar tetap mandapat nilai yang bagus, amiin. Alhamdulillahnya lagi, di akhir-akhir kuliah Pak Alif, juga menonton film lagi, untungnya tidak disuruh membuat resume. Karena Pak Alif tahu, kalau disuruh membuat resume pasti sudah tidak mau. Iyaa Pak, menonton film tetntang pemerintahan Indonesia, yang membuat miris dan sedih melihat anak-anak Indonesia yang menderita, itu sangat mengasyikkan. Kemudian disuruh membuat resume, tidak apa-apa, tetapi jangan setiap kali menonton film, harus membuat resume, jadi malas jika menonton film, karena pasti disuruh membuat resume. Padahal kan film yang diputarkan Pak Alif selalu bagus, pengetahuan baru, yang membuat saya, awalnya tidak begitu peduli dengan Indonesia, sekarang menjadi agak peduli, bertambah sedikit.
Ada lagi pemberian tugas selain membuat resume, yaitu mengomentari artikel di blognya Pak Alif. Buat saya, pemberian tugas seperti itu, baru dikuliahnya Pak Alif, dosen lain belum pernah, bahkan waktu SMA saja, saya juga belum pernah dikasih tugas seperti itu. Untuk tugas yang pertama menyenangkan, karena baru pertama kali, meskipun agak bingung mau bekomentar apa. Untuk yang kedua, yang merupakan tugas karena Pak Alif tidak bisa mengajar, sepertinya waktu itu karena ada acara di FBS, lalu dikasih tugas mengomentrai blog lagi. Tapi yang satu ini, artikelnya panjang sekali, berlembar-lembar, sudah malas membacanya, apalagi disuruh berkomantar, tetapi tetap saya kerjakan. Jika mengingat tugas-tugas yang diberikan Pak Alif, membuat resume, berkomentar di blog, tugas kelompok, mungkin dulu kesusahan saat mengerjakan, tetapi jika diingat-ingat kembali saat ini hal tersebut menjadi menyenangkan.
Saat pertama kali diajar oleh Pak Alif, sebenarnya saya agak takut, karena waktu itu pada ditanya Pancasila itu apa, saya tidak begitu memahami tentang makna dari Pancasila, dan jujur saja sebenarnya saya tidak begitu mengerti tentang pemerintahan Indonesia. Yang saya takutkan adalah, ketika nanti saya mendapat pertanyaan dari Pak Alif kemudian saya tidak bisa menjawab, karena tidak mengerti, maka saya harus berusaha keras dalam kuliah Pancasia nanti. Tetapi tidak seperti yang saya bayangkan, kalau kelasnya Pak Alif akan menakutkan, ternyata setiap pertemuan diadakan presentasi kemudian dilanjutkan diskusi yang mana bisa mengeluarkan pendapat secara bebas dan itu lebih menyenangkan. Untuk sekarang ini, setelah mengikuti kuliah Pak Alif saya menjadi agak mengerti tentang pemerintahan Indonesia, apalagi disaat jam kuliah
Pancasila, itu membuat sadar, betapa seharusnya kita menjadi orang yang berguna untuk bangsa Indonesia, meskipun dari hal yang terkecil, supaya rakyat tidak menderita, dan bangsa Indonesia menjadi negara yang maju. Semoga kesadaran saya tidak hanya ketika dalam kuliah Pancasila, setelah selesai kuliah Pancasila pun saya harus tetap sadar akan bangsa Indonesia.
Di kelasnya Pak Alif, kita dapat mengeluarkan pendapat kita tentang Indonesia, dan juga Pak Alif sering mencontohkan perilaku sebagai warga negara Indonesia yang baik. Bagaimana jika kita mengetahui ada kesalahan dalam pembuatan SIM, perpanjang STNK, atau apa, Pak Alif sendiri mencontohkan hal itu, tidak hanya berbicara saja, tetapi kenyataan. Menurut saya hal tersebut sangat baik, karena guru, digugu dan ditiru, dan Pak Alif juga sering mengatakan untuk mencontoh dirinya, jika tahu ada kesalahan dalam pelayanan umum, kita jangan diam saja, kita mempunyai Undang-Undang yang telah diatur di dalamnya, dan jika pergi kemana-mana sebaiknya kita membawa buku pasal-pasal, itu lebih baik. Semoga saja saya dapat menerapkan ketika melihat ada kesalahan dalam pelayanan umum, seperti mbak Husna juga yang sudah menerapkannya.
Tidak banyak dosen yang seperti Pak Alif, yang bisa hafal nama satu kelas dan juga mengenalnya (orangnya yang mana). Dari semester satu belum ada dosen yang bisa mengenali muridnya satu kelas dan tahu namanya, kebanyakan hanya beberapa yang tahu namanya. Tetapi untuk Pak Alif, beliau tahu nama dan orangnya yang mana, sangat mnyenangkan jika dosen itu mengenal muridnya, jadi seperti lebih dekat, tidak ada jarak antara murid dan dosen. Saya juga senang kepada Pak Alif, karena terkadang Pak Alif itu lucu, disaat beliau mengajar kadang-kadang diselingi humor, menjadikan tidak mengantuk.
Pak Alif, dosen yang tepat waktu jika masuk kelas, dan juga dosen yang jarang kosong. Sebelum kuliah Pancasila kan ada kuliah Bahasa Inggris, ketika Bahasa Inggris itu sering kali keluar kelas lebih dari jam yang seharusnya. Kemudian disusul kuliah Pancasila yang selalu tepat jam masuknya, jadi tidak ada waktu untuk istirahat, apalagi untuk sarapan. Nah, itu juga hebatnya Pak Alif, beliau adalah dosen yang kalau masuk kelas itu tepat waktu, kalau molor pun hanya sedikit dan juga jarang kosong, kok bisa yaaa…
Pak Alif itu, menurut saya sangat bertanggung jawab terhadap pekerjaannya sebagai dosen. Pada waktu itu, ketika kosong untuk pertama kali kuliah Pancasila, kalau tidak salah Pak Alif memberikan tugas berkomentar di blognya, lalu ketika ada acara di FBS, sehingga Pak Alif hanya bisa masuk sebentar di kelas, beliau juga memberikan tugas untuk berkomentar lagi di blognya. Ketika kosong dan hanya bisa masuk sebentar di kelas, Pak Alif itu seakan-akan, beliau harus bertanggung jawab terhadap kekosongannya, jangan sampai muridnya tidak mendapatkan pelajaran apa-apa dari kekosongannya, sehingga selalu diberi tugas. Dan ketika masuk kuliah lagi, Pak Alif meminta maaf dengan tulusnya, karena kosong tidak bisa mengajar dan murid serasa dirugikan atas kekosongannya. Seakan-akan benar-benar bersalah karena kosong, padahal dosen lain pun banyak yang kosong. Itu juga salah satu kehebatan Pak Alif, beliau benar-benar bertanggung jawab. Dan saya juga suka, karena Pak Alif mendukung kalau Bahasa Jawa itu jangan dihilangkan, bagaimana mungkin, salah satu budaya Indonesia malah akan dihilangkan. Andaikan waktu demo kemarin mengajak Pak Alif.
Semoga apa yang telah diajarkan oleh Pak Alif dan yang telah dicontohkan dalam berperilaku, bisa saya tiru dan terapkan di kehidupan sehari-hari. Dan saya juga menjadi lebih mengenal lagi bagaimana sebenarnya pemerintahan Indonesia, yang dulu saya tidak begitu peduli tentang pemerintahan Indonesia, meskipun tahu bahwa pemerintahan Indonesia memang sudah tidak baik, dan sekarang semoga saja rasa peduli saya terhadap bangsa semakin tumbuh, dan kelak semoga saya bisa menjadi salah satu orang yang berguna untuk bangsa Indonesia. Pendidikan Pancasila harus tetap ada dan kalau bisa di sekolah dasarpun juga harus ada, karena penting untuk pembentukan karakter dari dini, untuk menumbuhkan rana cinta pada bangsa dan juga menumbuhkan perilaku yang baik, sehingga ketika para penerus bangsa ini tumbuh dewasa dan menjadi para pemimpin, bisa menjadi pemimpin yang baik, tidak ada KKN, dan kejelekan lainnya. Semoga saja.