Kiat Menulis di Media Massa

Semua mata Santri PP UII malam itu (minggu/25/4/10) tertuju pada sosok berbusana ala pesantren dengan pasangan kopiah hitam dan sarung putih dipadu dengan batik. Alif Lukmanul Hakim, begitu nama lengkapnya, hadir sebagai salah satu dari dua pemateri talkshow bertemakan “ Kiat Menulis dan Menembus Media Massa” yang diselenggarakan oleh Departemen Pengembangan dan Penalaran sebagai salah satu departemen Organisasi Santri Pondok Pesantren (OSPP) yang ada di PP UII.
Pak Alif, begitu santri menyapanya, membagikan berbagai trik dan tips agar tulisan kita dengan mudah menembus media massa. Pengalamannya sebagai kolomnis di berbagai media massa lah yang membuatnya dianggap mumpuni menyampaikan materi tersebut. Meskipun , dalam penyampaiannya dia mengaku sudah satu tahun vacum sebagai kolomnis pasca menikah dan punya anak karena pikiran terbagi-bagi. Dalam materinya, laki-laki yang juga mempunyai hobi nonton bola tersebut member tahu beberapa strategi penting menembus media mulai dari cara nonteknis seperti, banyak membaca, kenali karakteristik media, kenali pembaca sampai pada cara teknis penulisan yang pada intinya tidak mempersulit tugas redaktur. “Permudah tugas redaktur” ungkapnya menjelang akhir penyampaian materi.

Selain Alif, hadir juga laki-laki dengan kaos merah hitam dan berkaca mata, selaku redaktur SKH Kedaulatan Rakyat (KR) sebagai pemateri kedua. Agung Purwandono, begitu nama lengkapnya, membeberkan beberapa rahasia redaktur koran Kedaulatan Rakyat agar tulisan mudah diterima. Pada awal penyampaian materi, Agung mencurahkan keluh kesah dirinya sebagai redaktur melalui tulisan pendek dalam bentuk cerita. Dalam cerita tersebut digambarkan seorang redaktur sedang gugup mengedit naskah karena sudah lewat deadline. Imbasnya, kesalahan pengetikan satu huruf yang menjadi judul berita menjadi pembicaraan heboh karena mengandung perbedaan makna yang sangat jauh. Alhasil, karir redaktur tersebutlah yang dipertaruhkan. Agung juga mengungkapkan bahwa peran redaktur terkadang kurang mendapat perhatian. “Jika tulisan yang dieditnya bagus, yang dipuji adalah wartawan atau penulisnya. Jika ada kesalahan, redakturlah yang kena damprat, bahkan bisa dipecat” ungkapnya.

Laki-laki yang juga hobi nonton bola tersebut juga mengungkapkan bahwa KR adalah salah satu media informasi nasionalis. Dia menambahkan bahwa dahulu KR akrab dengan sebutan pers nasionalis yang berlandaskan pancasila. Tulisan-tulisan yang dimuat dalam media tersebut banyak yang sinergis dengan kebijakan nasional. Media tersebut tidak akan memuat berita yang memojokkan salah satu pihak dan menuliskan nama pihak tersebut secara gamblang seperti media-media lainnya. Dia juga menambahkan bahwa terkadang KR tidak melihat latar belakang penulis sebagai pertimbangan masuk ke dapur percetakan. Isi yang bagus terkadag lebih didahulukan daripada penulis yang ternama. Hal ini juga yang menurut Agung menjadi pertimbangan kenapa tulisan Alif, pemateri pertama, tentang pancasila diterbitkan KR dengan mengalahkan beberapa profesor yang juga mengirimkan tulisan yang se-tema sebagai hasil workshop yang diadakan di UGM dahulu.