Refleksi Filsafat 2 Kuliah Awal

oleh: RIDHA HABIBAH 13320267

Sebelum saya mendapatkan mata kuliah filsafat, saya penasaran ketika banyak buku atau orang yang mengatakan kalimat dan di dalamnya terdapat kata filsafat. Selain itu, banyak pula orang yang berpesan kalau saya harus hati-hati ketika suatu saat mempelajari filsafat, karena kalau belajar filsafat harus memiliki iman yang kuat agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang tidak seharusnya. Semakin banyak informasi yang saya dapatkan dari orang-orang di sekitar saya, semakin bingung dan penasaranlah saya dengan filsafat.
Ketika saya tahu bahwa semester dua saya akan mendapatkan mata kuliah filsafat, maka saya bersemangat. Karena, saya penasaran apa yang akan dipelajari ketika mata kuliah filsafat. Namun sebelum kuliah dimulai, ketika masih liburan semester satu, Jadi, rasa penasaran saya belum terjawab ketika itu. Kemudian, saya mencoba untuk membaca-baca buku filsafat. Lembar demi lembar saya baca buku tersebut, namun saya masih belum memahami apa yang akan dipelajari di mata kuliah filsafat nanti.
Kemudian setelah liburan usai, kuliah pun dimulai. Kelas filsafat pun dimulai. Setelah sesi perkenalan, dosen yang mengajar kami pun langsung menjelaskan mengenai apa itu filsafat. Ternyata, filsafat itu berasal dari dua kata yakni philos dan shopia yang masing-masing artinya adalah cinta atau suka dan kebijaksanaan. Jadi, dapat diartikan bahwa filsafat itu merupakan kecintaan atau kesukaan terhadap suatu kebijaksanaan.
Setelah saya mendengar pengertian filsafat, saya merasa pernah membaca pengertian tersebut dalam buku yang saya baca ketika liburan semester yang ketika itu saya masih belum memahami apa tujuan dari orang mempelajari filsafat. Namun, setelah dijelaskan maksud dari pengertian filsafat tersebut dan diberikan contoh konkretnya, saya dapat memahami inti dari orang mempelajari filsafat yakni untuk dapat melihat dan memutuskan segala sesuatu dengan cara yang bijaksana. Saya merasa senang setelah diberikan penjelasan mengenai apa itu filsafat walaupun belum sepenuhnya diajarkan materi-materi yang akan dipelajari dalam mata kuliah filsafat.
Setelah pertemuan pertama mata kuliah filsafat itu, saya menjadi berpikir bahwa dalam memandang segala sesuatu itu harus dari segala arah atau segala sudut pandang. Karena, semua ilmu itu saling melengkapi. Namun, ketika hal itu berhubungan dengan iman (agama), maka kita tetap harus menjadikannya patokan yang utama. Yakni dengan menggunakan al-qur’an dan al-hadits.
Ilmu adalah milik Allah, namun manusia melakukan segala macam eksperimen untuk mendapatkan banyak pengetahuan yang hasilnya akan berguna bagi makhluk hidup. Dari eksperimen tersebut, terkadang banyak ilmuan yang tidak menggunakan cara berpikir sesuai filsafat yakni memandang dari segala sudut pandang, sehingga cara-cara yang dilakukan untuk dapat mengembangkan ilmu pengetahuan tidak sesuai dengan nilai keagamaan.
Selain ilmuan yang biasa menggunakan cara berpikir filsafat, ternyata cara berpikir kita pun tanpa kita sadari telah berfilsafat. Karena salah satu ciri berpikir filsafat adalah kritis. Hal tersebut banyak dilakukan mahasiswa ketika pembelajaran berlangsung. Dapat dibuktikan dengan banyaknya mahasiswa yang bertanya ketika dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswanya untuk bertanya. Selain dengan bertanya kepada dosen, bentuk perilaku dari cara berpikir kritis adalah dengan langsung mencari sumber-sumber yang dapat dipercaya. Contohnya dapat langsung membaca buku ketika kita sedang memerlukan penjelasan tentang suatu hal.
Selain itu, yang saya lakukan ketika saya merasa bahwa ada sesuatu hal yang membuat saya tidak nyaman adalah berpikir bahwa ketidaknyamanan yang sedang saya hadapi, terjadi karena cara berpikir saya hanya dari satu sudut pandang saja. Sehingga saya selalu mencoba dan terus membiasakan berpikir positif atau dapat dikatakan berpikir secara bijaksana. Karena dengan memerhatikan hal-hal positif, pikiran akan lebih terbuka sehingga lebih termotivasi untuk menyelesaikan atau mengakhiri ketidak nyamanan tersebut dengan melakukan hal-hal yang baik. Dengan begitu, dampak yang dihasilkan pun akan bermanfaat bagi dirinya mau pun orang sekitarnya.
Dari narasi di atas, dapat dikatakan bahwa saya mengalami perubahan dalam cara berpikir tentang banyak hal setelah saya belajar filsafat selama dua kali. Jadi, mempelajari filsafat memang penting bagi manusia karena filsafat merupakan suatu ilmu yang tentunya memiliki banyak pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan dan yang terpenting kita jangan langsung percaya dengan apa yang orang katakan, melainkan kita harus mencari tahu mengenai hal tersebut dengan cara mencari sumber yang lebih dapat dipercaya. Agar informasi yang didapatkan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Refleksi Filsafat 2 Pertemuan Awal Tia

Nama                   : Tia Prasyatiani

NIM                      : 13320069

 

Sebelum belajar filsafat….

Saat pertama kali melihat bahwa semester dua terdapat mata kuliah filsafat, saya awalnya biasa aja. Namun, setelah dilihat kembali, saya tiba-tiba teringat dengan guru bimbel saya yang menceritakan kondisi temannya yang mengambil kuliah filsafat. Masih terekam dengan jelas kata-kata guru saya. Begini katanya..

“awalnya saya mengenal dia, dia orangnya asik. Lalu saya sering main ke kos dia. Saat berada di kos teman saya, saya sering ditanya mengenai hal-hal dasar tentang suatu hal yang terjadi. Awalnya saya biasa saja, sampai ketika dia mulai bertanya kepada saya “apa yang kamu ketahui tentang “ada”, apa definisi dari “ada”?” Ketika di tanya seperti saya mulai berpikir dan saya cukup pusing karenanya dan akhirnya saya memutuskan untuk pulang saja.”

Dari sharing cerita tersebut, saya memandang filsafat sebagai sesuatu yang aneh, sedikit kurang kerjaan. Argumen-argumen yang muncul di benak saya tentang filsafat adalah “kenapa orang harus meluangkan waktu untuk memikirkan sesuatu yang sudah jelas keberadaannya, seperti penciptaan dunia tentang siapa yang menciptakan dan alasan penciptaannya. Padahal itu sudah jelas terdapat di pelajaran agama di sekolah”, “kenapa orang harus dengan susah payah mendefinisikan “ada”?”, “filsafat menjelaskan suatu hal dengan bahasa yang terlalu sulit dan berat”,  dan lain-lain. Begitu aneh. Namun, di balik itu saya memikirkan juga akan suatu hal. Jika filsafat merupakan suatu hal yang aneh, lalu mengapa didunia ini tetap ada jurusan filsafat di universitas. Hal ini membuat saya sedikit penasaran tentang jurusan yang satu ini. Apa yang sesungguhnya dipelajari oleh mereka, sehingga muncul persepsi orang tentang suatu hal yang negatif.

Lalu, pada akhirnya saya bertemu dengan mata kuliah ini, di semester 2, beberapa bulan setelah saya menciptakan persepsi awal tentang filsafat. Lalu, bagaimana? Apa yang terjadi? Ternyata, filsafat tidak sesederhana dan serumit yang saya pikirkan.

Setelah belajar filsafat…..

Hari itu hari kamis, pertama kalinya saya belajar di mata kuliah yang saya persepsikan dari awal adalah pelajaran yang aneh. Namun, setelah mengenal filsafat dengan baik, ternyata bisa dikatakan bahwa persepsi awal saya tentang filsafat tidak sepenuhnya benar. Persepsi yang saya dapatkan dipengenalan tentang filsafat adalah filsafat merupakan pelajaran yang menarik. Saya menjadi tertarik karenanya. Segala isu dan teori yang saya dengar dari orang-orang tentang filsafat, berbeda dengan apa yang saya dapatkan sekarang.

Kalau kata dosen filsafat saya, belajar filsafat itu sexy apalagi dengan dosen yang tepat. Harus diakui bahwa yang dikatakan beliau merupakan suatu kebenaran. Karena saya berpikir, bagaimana jika yang mengajar saya adalah teman guru bimbel saya? Maka entah bagaimana pandangan saya tentang filsafat kedepannya.

Baiklah, itu sekilas tentang persepsi awal saya sebelum dan setelah belajar filsafat. Selanjutnya saya akan mulai menuliskan mengenai hal-hal apa yag saya dapatkan saat setelah belajar mengenai pelajaran filsafat.

  1. Dengan adanya filsafat, saya diajarkan untuk mampu berpikir analitis, kritis, dan sigap pada situasi yang ada
  2. Dengan adanya filsafat, saya diajarkan untuk mampu berpikir mendasar tentang alasan-alasan sesuatu terjadi. Ini merupakan salah satu hal yang penting, misalnya dalam pembuatan skripsi. Kita bisa lebih peka dengan kasus yang kita paparkan dan lebih peka terhadap alasan mengapa kasus tersebut terjadi
  3. Menambah banyak wawasan baru
  4. Dan lain-lainya..

Hmm.. setelah saya memaparkan banyak hal tentang persepsi saya terhadap filsafat, namun saya belum mengenalkan filsafat itu seperti apa. Dan inilah yang saya dapatkan dikelas, dimana saya akan mencoba menuliskan beberapa hal dari sekian banyak yang diajarkan dikelas.

Filsafat adalah…

Filsafat berasal dari perkataan yunani yakni philos (suka, cinta), sophia (kebijaksanaan). Jadi, filsafat bisa didefinisikan dengan 4 hal berdasarkan watak dan fungsi, salah satuya adalah Logosentris yang berarti filsafat sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Jadi, ini merupakan salah satu fungsi dan tugas filsafat untuk menganalisa suatu kata dan konsep yang ada. Jadi ketika itu berlangsung, para ahli berpikir secara luas untuk menganalisa, misalnya mengartikan suatu kata.

Problema filsafat tidak tetap, kita temukan problema-problema ini pada sesuatu waktu dan kita tidak dapat meninggalkannya sampai mendapatkan pemecahan. Para filsuf akan memikirkan latar belakang terjadinya suatu terhadap kasus yang muncul. Mengapa kita memerlukan seorang ahli filsafat jika kita bisa berpikir sendiri? Tentunya hal ini dikarenakan oleh setiap pejaran tentunya membutuhkan suatu acuan memikirkan itu sendiri, seperti mereka membutuhkan teori.

Oh ya, saya pernah membaca disuatu materi bahwa dikatakan “Tak ada seorang ahli filsafat pun yang mnegaku bahwa ia dapat memberikan penyelesaian persoalan-persoalan itu dengan satu cara yang sama dengan cara seorang dokter memberi resep pada pasiennya.” Menurut saya hal ini benar karena suatu masalah yang muncul dipermukaan merupakan suatu permasalahan yang memiliki perbedaan akan faktor yang menyebabkan masalah itu muncul, meski memiliki tema kejadian yang sama. Jadi, kita tetap harus berpikir akan faktor dari suatu kiasus muncul untuk mendapatkan pemecahan masalah.

Oh iya, satu hal yang hampir lupa dibahas adalah mengenai filsafat bagi agama. Saya pernah membawa dalam sebuah novel tentang filsafat, pada novel tersebut dikatakan bahwa “akhirnya dia memutuskan untuk tidak memilikia agama/ateis”. Disitu saya sempat berpikir bahwa ada kemungkinan filsafat akan menganut paham ateis. Namun, lagi-lagi sepertinya itu keliru. Dapat dibuktikan bahwa Manfaat filsafat bagi Agama dalam PPT, diantaranya.

–          Mengajarkan cara berpikir kritis, sehingga tidak terjebak dalam sifad taqlil

–          Dinamika kehidupan terus berkembang, sehingga diperlukan penggunaan akal yang proposional.

–          Akal merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kekuasaan Allah SWT.

Dari materi tersebut yang telah saya bagi, memang benar yang dikatakan pepatah “don’t judge a book by its coverí” . Hal ini bermaksud menjelaskan bahwa jangan memandang sesuatu dari luarnya saja, namun kita harus mengenalnya terlebih dahulu.