HAKIKAT FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU

HAKIKAT FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU
oleh: Alif Lukmanul Hakim

1. Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Filsafat dan Ilmu
Setiap kejadian atau peristiwa pada dasarnya tidak dapat lepas dari peristiwa-peristiwa lain yang mendahuluinya. Jadi, sesuatu itu bias terjadi karena ada hubungan dengan peristiwa sebelumnya. Oleh karena itu kejadian demi kejadian atau peristiwa demi peristiwa haruslah selalu diperhatian kehadirannya. Demikian pula dengan apa yang disebut filsafat dan ilmu, ia muncul dan berkembang bukan karena ia sendiri, melainkan adanya sesuatu (peristiwa) yang memicu muncul dan berkembangnya. Menurut Rinjin (1997 : 9-10), filsafat dan ilmu timbul dan berkembang karena akal budi, thauma(sia), dan aporia.
a. Manusia merupakan makhluk berakal budi.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang berbudaya, sehingga manusia memiliki akal dan budi, dengan demikian manusia diberi kemampuan untuk berkomunikasi dan dengan berkomunikasi itu sebenarnya manusia adalah mahkluk yang berbahasa. Didalam penyampaiannya selalu berbahasa dan oleh karena itu manusia bias disebut sebagai mahkluk yg berbahasa (homo loquens) dan yg selalu menggunakan symbol-simbol (animal symbolicum). Dengan akal budinya, manusia dapat berpikir abstrak dan konseptual sehingga dirinya disebut sebagai homo sapiens (makhluk pemikir) dan yang ditandai dengan sifat selalu ingin tahu. Pada diri manusia melekat kehausan intelektual (intellectual curiosity), yang menjelma dalam wujud aneka ragam pertanyaan. Bertanya adalah berpikir dan berpikir dimanifestasikan dalam bentuk pertanyaan. Saling berjalin kelindan.

b. Manusia memiliki rasa kagum (thaumasia)
Manusia memliki rasa kagum yang terutama ditunjukkan pada alam semesta. Rasa kagum itu bukan dari hasil belajar, melainkan berasal dari Sang Pencipta, oleh karena itu setiap manusia memiliki rasa kagum itu. Rasa kagum itu muncul terutama pula pada berbagai hal yang bagi manusia sulit untuk dijelaskan keberasaannya, misalnya rasa kagum terhadap matahari, bumi, pada diri sendiri dll. Akan tetapi justru dari rasa kagum itulah manusia kemudian mencari tahu asal-usl, sebab akibat dan lain-lain, dan ini disebabkan pula oleh rasa keingintahuan (sense of curiosity) manusia atas ketidaktahuannya itu. Bahkan ia juga berusaha untuk bisa mengetahui kehidupan ini, berusaha untuk mengetahui keberadaan dirinya sendiri.

c. Manusia senantiasa menghadapi masalah
Hal lain yang juga menjadi pendorong munculnya adalah berbagai permasalahan yang selali dihadapi oleh manusia (aporia). Masalah demi masalah akan selalu dihadapi oleh manusia, baik permasalahan yang akan berhubungan dengan kehidupan praktis maupun akan berhubungan dengan kehidupan teoritis. Manusia akan selalu terdorong untuk bisa mengatasi berbagai masalah yang muncul tersebut. Manusia akan selalu mencari jalan keluarnya dan tidak jarang akan memunculkan berbagai temuan baru yang sangat berharga atau berarti bagi kehidupan manusia. Intinya selalu berproses untuk menyelesaikan masalah.

2. Hakikat Filsafat

a. Pengertian Filsafat
Filsafat (terjemahan dari bhs Inggris philolophy) berasal dari bahasa Yunani, yaitu philo, philia, philein (love of ) dan Sophia atau sophos (wisdom). Oleh karena itu secara etimologis filsafat artinya cinta atau MENCINTAI akan kebajikan/kebijaksanaan (love of wisdom). Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Dengan demikian filsafat memiliki makna, yaitu hasrat yang menggebu atau keinginan yang sungguh-sungguh/kemauan keras akan kebenaran sejati. Berdasarkan arti tersebut, para ahli kemudian merumuskan arti dari filsafat itu sendiri. Ada yang menguraiakan bahwa filsafat sebagai suatu upaya untuk berpikir secara radikal dan menyeluruh, cara berpikir dengan mengupas obyek sedalam-dalamnya.
Kattsoff, sebagaimana dikutip oleh Associate Webmaster
Professional (2001), menyatakan bahwa karakteristik filsafat adalah:
•Filsafat adalah berpikir secara kritis dan radikal (mendalam)
•Filsafat adalah berpikir dalam bentuknya yang sistematis.
•Filsafat mengahasilkan sesuatu yang runtut atau koheren
•Filsafat adalah berpikir secara rasional dan konspetual
•Filsafat bersifat komprehensif.

b. Objek Filsafat
Obyek filsafat ada dua, yaitu :
• Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, yang meliputi : ada dalam kenyataan, ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan,
• Objek formal filsafat adalah hakikat dari segala sesuatu yang ada (Lasiyo dan Yuwono, 1994 : 6).
c. Sistematika Filsafat
Sebagaimana pengetahuan yang lain, filsafat telah mengalami perkembangan yang pesat yang ditandai dengan bermacam-macam aliran dan cabang.
• Aliran-aliran Filsafat. Ada beberapa aliran filsafat dinataranya adalah : realisme, rasionalisme, empirisme, idealisme, materialisme, dan eksistensialisme.
• Cabang-cabang Filsafat. Filsafat memiliki cabang-cabang yang cukup banyak dinataranya adalah : metafisika, epistemologi, logika, etika, estetika, filsafat sejarah, filsafat politik, dst.

3. Hakikat Filsafat Ilmu

a. Pengertian Filsafat Ilmu
, Terdapat banyak definisi/pengertian mengenai filsafat ilmu misalnya:

•A. Cornelius Benjamin (dalam The Liang Gie, 19 : 58)
Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsep-konsep, dan pra-anggapan-pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual.
• Conny Semiawan at al (1998 : 45)
menyatakan bahwa filsafat ilmu pada dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of sciences) yang kedudukannya di atas ilmu lainnya.
•Jujun Suriasumantri (2005 : 33-34)
Filsafat ilmu sebagai bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang ingin menjawab tiga kelompok pertanyaan mengenai hakikat ilmu sebagai berikut :
a.Kelompok pertanyaan pertama antara lain sebagai berikut ini. Objek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangap manusia ? (disebut dengan istilah Ontologis)
b.Kelompok pertanyaan kedua : Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu ? Bagaimana prosedurnya ? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar ? Apa yang dimaksud dengan kebenaran ? Dan seterusnya. (disebut dengan istilah epistemologis)
c.Kelompok pertanyaan ketiga : Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu ? Bagaimana kaitan antara cara menggunakan ilmu dengan kaidah-kaidah moral ? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Dan seterusnya. (disebut dengan istilah aksiologis)

b. Karakteristik filsafat ilmu
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diidentifikasi karakteristik filsafat ilmu, yaitu:
• Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat.
• Filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara filosofis dari sudut pandang ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

c. Objek filsafat ilmu
• Objek material filsafat ilmu adalah ilmu
• Objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis,yaitu secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

d. Manfaat Mempelajari filsafat ilmu
•Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus diharapkan untuk bersikap kritis terhadap berbagai macam teori yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber lainnya.
•Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para mahasiswa sebagai calon ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian ilmiah.
•Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah mahasiswa lulus dan bekerja mereka pasti berhadapan dengan berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan masalah diperlukan kemampuan dan kedalaman berpikir kritis dalam menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu diterapkan.

Refleksi Filsafat 2 Kuliah Awal

oleh: RIDHA HABIBAH 13320267

Sebelum saya mendapatkan mata kuliah filsafat, saya penasaran ketika banyak buku atau orang yang mengatakan kalimat dan di dalamnya terdapat kata filsafat. Selain itu, banyak pula orang yang berpesan kalau saya harus hati-hati ketika suatu saat mempelajari filsafat, karena kalau belajar filsafat harus memiliki iman yang kuat agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang tidak seharusnya. Semakin banyak informasi yang saya dapatkan dari orang-orang di sekitar saya, semakin bingung dan penasaranlah saya dengan filsafat.
Ketika saya tahu bahwa semester dua saya akan mendapatkan mata kuliah filsafat, maka saya bersemangat. Karena, saya penasaran apa yang akan dipelajari ketika mata kuliah filsafat. Namun sebelum kuliah dimulai, ketika masih liburan semester satu, Jadi, rasa penasaran saya belum terjawab ketika itu. Kemudian, saya mencoba untuk membaca-baca buku filsafat. Lembar demi lembar saya baca buku tersebut, namun saya masih belum memahami apa yang akan dipelajari di mata kuliah filsafat nanti.
Kemudian setelah liburan usai, kuliah pun dimulai. Kelas filsafat pun dimulai. Setelah sesi perkenalan, dosen yang mengajar kami pun langsung menjelaskan mengenai apa itu filsafat. Ternyata, filsafat itu berasal dari dua kata yakni philos dan shopia yang masing-masing artinya adalah cinta atau suka dan kebijaksanaan. Jadi, dapat diartikan bahwa filsafat itu merupakan kecintaan atau kesukaan terhadap suatu kebijaksanaan.
Setelah saya mendengar pengertian filsafat, saya merasa pernah membaca pengertian tersebut dalam buku yang saya baca ketika liburan semester yang ketika itu saya masih belum memahami apa tujuan dari orang mempelajari filsafat. Namun, setelah dijelaskan maksud dari pengertian filsafat tersebut dan diberikan contoh konkretnya, saya dapat memahami inti dari orang mempelajari filsafat yakni untuk dapat melihat dan memutuskan segala sesuatu dengan cara yang bijaksana. Saya merasa senang setelah diberikan penjelasan mengenai apa itu filsafat walaupun belum sepenuhnya diajarkan materi-materi yang akan dipelajari dalam mata kuliah filsafat.
Setelah pertemuan pertama mata kuliah filsafat itu, saya menjadi berpikir bahwa dalam memandang segala sesuatu itu harus dari segala arah atau segala sudut pandang. Karena, semua ilmu itu saling melengkapi. Namun, ketika hal itu berhubungan dengan iman (agama), maka kita tetap harus menjadikannya patokan yang utama. Yakni dengan menggunakan al-qur’an dan al-hadits.
Ilmu adalah milik Allah, namun manusia melakukan segala macam eksperimen untuk mendapatkan banyak pengetahuan yang hasilnya akan berguna bagi makhluk hidup. Dari eksperimen tersebut, terkadang banyak ilmuan yang tidak menggunakan cara berpikir sesuai filsafat yakni memandang dari segala sudut pandang, sehingga cara-cara yang dilakukan untuk dapat mengembangkan ilmu pengetahuan tidak sesuai dengan nilai keagamaan.
Selain ilmuan yang biasa menggunakan cara berpikir filsafat, ternyata cara berpikir kita pun tanpa kita sadari telah berfilsafat. Karena salah satu ciri berpikir filsafat adalah kritis. Hal tersebut banyak dilakukan mahasiswa ketika pembelajaran berlangsung. Dapat dibuktikan dengan banyaknya mahasiswa yang bertanya ketika dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswanya untuk bertanya. Selain dengan bertanya kepada dosen, bentuk perilaku dari cara berpikir kritis adalah dengan langsung mencari sumber-sumber yang dapat dipercaya. Contohnya dapat langsung membaca buku ketika kita sedang memerlukan penjelasan tentang suatu hal.
Selain itu, yang saya lakukan ketika saya merasa bahwa ada sesuatu hal yang membuat saya tidak nyaman adalah berpikir bahwa ketidaknyamanan yang sedang saya hadapi, terjadi karena cara berpikir saya hanya dari satu sudut pandang saja. Sehingga saya selalu mencoba dan terus membiasakan berpikir positif atau dapat dikatakan berpikir secara bijaksana. Karena dengan memerhatikan hal-hal positif, pikiran akan lebih terbuka sehingga lebih termotivasi untuk menyelesaikan atau mengakhiri ketidak nyamanan tersebut dengan melakukan hal-hal yang baik. Dengan begitu, dampak yang dihasilkan pun akan bermanfaat bagi dirinya mau pun orang sekitarnya.
Dari narasi di atas, dapat dikatakan bahwa saya mengalami perubahan dalam cara berpikir tentang banyak hal setelah saya belajar filsafat selama dua kali. Jadi, mempelajari filsafat memang penting bagi manusia karena filsafat merupakan suatu ilmu yang tentunya memiliki banyak pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan dan yang terpenting kita jangan langsung percaya dengan apa yang orang katakan, melainkan kita harus mencari tahu mengenai hal tersebut dengan cara mencari sumber yang lebih dapat dipercaya. Agar informasi yang didapatkan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Refleksi Filsafat 2 Pertemuan Awal Tia

Nama                   : Tia Prasyatiani

NIM                      : 13320069

 

Sebelum belajar filsafat….

Saat pertama kali melihat bahwa semester dua terdapat mata kuliah filsafat, saya awalnya biasa aja. Namun, setelah dilihat kembali, saya tiba-tiba teringat dengan guru bimbel saya yang menceritakan kondisi temannya yang mengambil kuliah filsafat. Masih terekam dengan jelas kata-kata guru saya. Begini katanya..

“awalnya saya mengenal dia, dia orangnya asik. Lalu saya sering main ke kos dia. Saat berada di kos teman saya, saya sering ditanya mengenai hal-hal dasar tentang suatu hal yang terjadi. Awalnya saya biasa saja, sampai ketika dia mulai bertanya kepada saya “apa yang kamu ketahui tentang “ada”, apa definisi dari “ada”?” Ketika di tanya seperti saya mulai berpikir dan saya cukup pusing karenanya dan akhirnya saya memutuskan untuk pulang saja.”

Dari sharing cerita tersebut, saya memandang filsafat sebagai sesuatu yang aneh, sedikit kurang kerjaan. Argumen-argumen yang muncul di benak saya tentang filsafat adalah “kenapa orang harus meluangkan waktu untuk memikirkan sesuatu yang sudah jelas keberadaannya, seperti penciptaan dunia tentang siapa yang menciptakan dan alasan penciptaannya. Padahal itu sudah jelas terdapat di pelajaran agama di sekolah”, “kenapa orang harus dengan susah payah mendefinisikan “ada”?”, “filsafat menjelaskan suatu hal dengan bahasa yang terlalu sulit dan berat”,  dan lain-lain. Begitu aneh. Namun, di balik itu saya memikirkan juga akan suatu hal. Jika filsafat merupakan suatu hal yang aneh, lalu mengapa didunia ini tetap ada jurusan filsafat di universitas. Hal ini membuat saya sedikit penasaran tentang jurusan yang satu ini. Apa yang sesungguhnya dipelajari oleh mereka, sehingga muncul persepsi orang tentang suatu hal yang negatif.

Lalu, pada akhirnya saya bertemu dengan mata kuliah ini, di semester 2, beberapa bulan setelah saya menciptakan persepsi awal tentang filsafat. Lalu, bagaimana? Apa yang terjadi? Ternyata, filsafat tidak sesederhana dan serumit yang saya pikirkan.

Setelah belajar filsafat…..

Hari itu hari kamis, pertama kalinya saya belajar di mata kuliah yang saya persepsikan dari awal adalah pelajaran yang aneh. Namun, setelah mengenal filsafat dengan baik, ternyata bisa dikatakan bahwa persepsi awal saya tentang filsafat tidak sepenuhnya benar. Persepsi yang saya dapatkan dipengenalan tentang filsafat adalah filsafat merupakan pelajaran yang menarik. Saya menjadi tertarik karenanya. Segala isu dan teori yang saya dengar dari orang-orang tentang filsafat, berbeda dengan apa yang saya dapatkan sekarang.

Kalau kata dosen filsafat saya, belajar filsafat itu sexy apalagi dengan dosen yang tepat. Harus diakui bahwa yang dikatakan beliau merupakan suatu kebenaran. Karena saya berpikir, bagaimana jika yang mengajar saya adalah teman guru bimbel saya? Maka entah bagaimana pandangan saya tentang filsafat kedepannya.

Baiklah, itu sekilas tentang persepsi awal saya sebelum dan setelah belajar filsafat. Selanjutnya saya akan mulai menuliskan mengenai hal-hal apa yag saya dapatkan saat setelah belajar mengenai pelajaran filsafat.

  1. Dengan adanya filsafat, saya diajarkan untuk mampu berpikir analitis, kritis, dan sigap pada situasi yang ada
  2. Dengan adanya filsafat, saya diajarkan untuk mampu berpikir mendasar tentang alasan-alasan sesuatu terjadi. Ini merupakan salah satu hal yang penting, misalnya dalam pembuatan skripsi. Kita bisa lebih peka dengan kasus yang kita paparkan dan lebih peka terhadap alasan mengapa kasus tersebut terjadi
  3. Menambah banyak wawasan baru
  4. Dan lain-lainya..

Hmm.. setelah saya memaparkan banyak hal tentang persepsi saya terhadap filsafat, namun saya belum mengenalkan filsafat itu seperti apa. Dan inilah yang saya dapatkan dikelas, dimana saya akan mencoba menuliskan beberapa hal dari sekian banyak yang diajarkan dikelas.

Filsafat adalah…

Filsafat berasal dari perkataan yunani yakni philos (suka, cinta), sophia (kebijaksanaan). Jadi, filsafat bisa didefinisikan dengan 4 hal berdasarkan watak dan fungsi, salah satuya adalah Logosentris yang berarti filsafat sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Jadi, ini merupakan salah satu fungsi dan tugas filsafat untuk menganalisa suatu kata dan konsep yang ada. Jadi ketika itu berlangsung, para ahli berpikir secara luas untuk menganalisa, misalnya mengartikan suatu kata.

Problema filsafat tidak tetap, kita temukan problema-problema ini pada sesuatu waktu dan kita tidak dapat meninggalkannya sampai mendapatkan pemecahan. Para filsuf akan memikirkan latar belakang terjadinya suatu terhadap kasus yang muncul. Mengapa kita memerlukan seorang ahli filsafat jika kita bisa berpikir sendiri? Tentunya hal ini dikarenakan oleh setiap pejaran tentunya membutuhkan suatu acuan memikirkan itu sendiri, seperti mereka membutuhkan teori.

Oh ya, saya pernah membaca disuatu materi bahwa dikatakan “Tak ada seorang ahli filsafat pun yang mnegaku bahwa ia dapat memberikan penyelesaian persoalan-persoalan itu dengan satu cara yang sama dengan cara seorang dokter memberi resep pada pasiennya.” Menurut saya hal ini benar karena suatu masalah yang muncul dipermukaan merupakan suatu permasalahan yang memiliki perbedaan akan faktor yang menyebabkan masalah itu muncul, meski memiliki tema kejadian yang sama. Jadi, kita tetap harus berpikir akan faktor dari suatu kiasus muncul untuk mendapatkan pemecahan masalah.

Oh iya, satu hal yang hampir lupa dibahas adalah mengenai filsafat bagi agama. Saya pernah membawa dalam sebuah novel tentang filsafat, pada novel tersebut dikatakan bahwa “akhirnya dia memutuskan untuk tidak memilikia agama/ateis”. Disitu saya sempat berpikir bahwa ada kemungkinan filsafat akan menganut paham ateis. Namun, lagi-lagi sepertinya itu keliru. Dapat dibuktikan bahwa Manfaat filsafat bagi Agama dalam PPT, diantaranya.

–          Mengajarkan cara berpikir kritis, sehingga tidak terjebak dalam sifad taqlil

–          Dinamika kehidupan terus berkembang, sehingga diperlukan penggunaan akal yang proposional.

–          Akal merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kekuasaan Allah SWT.

Dari materi tersebut yang telah saya bagi, memang benar yang dikatakan pepatah “don’t judge a book by its coverí” . Hal ini bermaksud menjelaskan bahwa jangan memandang sesuatu dari luarnya saja, namun kita harus mengenalnya terlebih dahulu.

Refleksi 2 Pertemuan Awal Kuliah Filsafat

Nama  : Siti Nur Jannah

NIM     : 13320210

Kelas   : B

Reflective Journal Filsafat

Bismillahirrahmanirrohim

Pagi itu (13/3) kurang lebih sekitar jam 9.30 di ruang 1.08 dimulailah perkuliahan perdana mata kuliah baru untuk mahasiswa(i) jurusan Psikologi Universitas Islam Indonesia, yaitu Filsafat. Dengan memakai kemeja kuning terang bercorak sederhana yang berlengan panjang, dosen bernama “Pak Alif Lukmanul Hakim” itu terlihat sangat antusias membuka perkuliahan. Materi, motivasi dan sekaligus lawakan berganti-gantian mengisi kelas, keseriusan dan canda tawa mewarnai kelas yang tetap terjaga kondusifitasnya. Kuliah perdana pada hari itu diisi Pak Alif dengan perkenalan dan bertanya tentang anggapan beberapa mahasiswa(i) terkait pandangan mereka mengenai “Apa itu Filsafat?”

Sebagian besar mahasiswa(i) memandang sinis mata kuliah Filsafat. Sudah menakutkan, nggak jelas, aneh, membingungkan, ilmu pemicu stress, sesat dan anggapan negatif lainnya. Jujur pertama mengikuti perkuliahan, saya tidak memiliki pandangan apapun tentang Filsafat. Saya tidak bilang Filsafat itu sangat baik atau sangat buruk. Tetapi dalam waktu 150 menit perkuliahan berlangsung saya mulai memiliki gambaran dan menikmati mata kuliah yang tidak pernah saya temukan sebelumnya di bangku pendidikan. Bagi saya, mata kuliah Filsafat itu menarik dan menyenangkan. Selain karena dibimbing oleh dosen yang tepat dengan passion mengajar yang mengasikkan, santai tetapi masih dalam batas koridor yang wajar, dan ahli dalam membuat mahasiswa(i)nya tidak mengantuk di tengah penyampaian materi. Filsafat pun membuat mata saya terbuka akan banyak hal yang sebelumnya tidak saya ketahui bahkan tidak pernah saya pikirkan. Di pertemuan kuliah yang belum berlangsung lama ini, saya telah banyak belajar hal-hal tersirat yang pak Alif sampaikan. Baik dari segi ilmu, materi yang diberikan, fenomena-fenomena saat ini yang beliau jadikan contoh nyata dalam pembelajaran, guyonan-guyonan yang menggelitik namun dikemas dengan cerdas hingga motivasi-motivasi yang kadang diselipkan dalam perkuliahan.  Saya selalu mengambil hikmah dalam setiap perjalanan yang saya tempuh. Salah satunya perkuliahan Filsafat ini.

Bahwa ternyata hidup selalu penuh dengan fatamorgana. Ada hal-hal yang ketika dilihat dari jauh ternyata berbeda ketika dilihat dari dekat. Seperti ketika siang yang terik, saya melihat jalan raya seperti banjir di kejauhan. Atau saya melihat gunung yang penuh dengan pepohonan hijau tampak seperti berwarna biru jika dilihat dari jauh. Pun demikian dengan lampion taman. Dari jauh, sinarnya terlihat indah berwarna oranye gemerlapan. Namun ketika didekati, ia tak lebih dari sekedar lampu taman biasa.

Sama halnya dengan mata kuliah Filsafat yang belum kita tahu sebelumnya dan masih terasa asing buat sebagian besar mahasiswa(i) jurusan Psikologi. Filsafat yang dari luar terlihat buruk, belum tentu buruk pula dalamnya. Filsafat yang dari luar dipandang sebagai suatu hal yang menakutkan, kenyataannya malah sangat menyenangkan dan tidak membosankan. Filsafat yang dianggap aneh justru sangat menarik untuk dipelajari. Filsafat yang terlihat serba negatif di luarnya, malah memberikan sesuatu yang positif. Itulah sebabnya jangan pernah menilai sesuatu hanya dari tampilan luarnya karena bisa jadi kenyataan sesungguhnya ialah apa yang tidak ia tampakkan di hadapan banyak orang. Terutama orang-orang yang belum pernah mengetahui dan mengenal lebih jauh ilmu Filsafat itu sendiri.

Bagi saya filsafat bukan hanya sekedar teori. Namun Filsafat adalah suatu tindakan, suatu aktivitas. Filsafat adalah aktivitas untuk berpikir secara mendalam tentang pertanyaan-pertanyaan besar dan mendasar dalam hidup manusia (apakah hidup itu, apa tujuan hidup, apakah Tuhan ada, bagaimana wujud Tuhan, dimana Tuhan berada atau bagaimana hidup yang baik) dan mencoba menjawabnya secara rasional, kritis, dan sistematis. Filsafat ialah cermin kehidupan. Sebagai sebuah cermin, ia merefleksikan berbagai sudut pandang kehidupan. Seperti koin, setiap bagian kehidupan juga selalu mempunyai dua sisi yang bertolak belakang dan kita tidak boleh melihatnya hanya dari satu sisi. Pun kadang untuk memahami sesuatu hal kita harus menjauh terlebih dahulu, memberi jarak antara kita dengan apa yang kita lihat agar dapat melihat sudut pandang yang lebih jelas dan menyeluruh sehingga persepsi kita lebih luas, utuh dan bijaksana.

Dengan belajar Filsafat, kita dilatih untuk menjadi manusia yang utuh yaitu mampu berpikir secara logis, rasional, fleksibel dan kritis. Karena Filsafat tidak mengajak atau menjadikan seseorang sesat bahkan gila sehingga berpikir di luar nalar manusia normal. Tetapi mengajak seseorang untuk berpikir lebih kritis. Jadi, sudah saatnya mematahkan dan mengubah mind set (pola pikir) negatif tentang Filsafat dan menggantinya dengan pandangan yang lebih pantas bahwa Filsafat itu menyenangkan bukan menakutkan. Apalagi bila diajarkan dengan dosen yang tepat.

 

 

 

 

 

Refleksi 2 Pertemua Awal Kuliah Filsafat

Wardah R. (13320067)

Filsafat….?!? What is Filsafat?

Bicara soal filsafat, yang ada dalam fikiran saya saat pertama kali melihat jadwal kuliah adalah “Bulet njelimet…” Entah apa itu filsafat, saya sama sekali tidak mengerti dengan hal-hal seperti itu. Saya pun bertanya dalam hati “Apa sih pentingnya filsafat? Untuk kedepannya itu buat apa?” Bahkan saya sempat membayangkan bagaimana kalau mempelajari mata kuliah filsafat tepat di siang hari, saat jam ngantuk, dan diajar sama dosen yang membuat sesuatu yang sudah njelimet menjadi tambah njlelimet.. Untungnya dosen yang mengampu filsafat masih agak muda, untungnya…

Saat sedang mengatur jadwal kuliah yang akan saya ambil, saya sempat membuka google dan mengetik nama dosen UII. Niat hati hanya iseng dan ingin tahu bagaimana model mengajarnya dosen-dosen Psikologi UII. Nah, ternyata secara tidak sengaja saya menemukan blognya pak Alif.. “Ohh ini toh dosennya, lumayanlah…” Saya buka dan sempat membaca sedikit isi blognya, lumayanlah.. tetap gak mudeng.

Nah dari situ, saya kena kualat. Yang awalnya saya sama sekali tidak mau mengambil filsafat jam 1 siang, ternyata pada saat key-in takdir berkata lain. Yah mau bagaimana lagi, sudah jalannya begitu.. Jadi terima saja, semoga ada hidayah yang datang untuk saya.

Satu hal yang paling menggelikan buat saya adalah saat minggu pertama teman-teman sekelas saya (semester 1) mendapat jam kuliah filsafat pada hari senin, saya spontan membelikan cemilan di kantin dan saya berikan ke teman saya. Setelah itu, saya sms dia dan berkata “Itu buat cemilannya kalian, biar tidak ngantuk waktu filsafat…” hehehe… 😀

Cukup bingunglah untuk sebuah kata “Filsafat” dalam kamus saya. Nah, Alhamdulillah hidayah itu cepat datang di hari pertama masuk filsafat. Pak Alif dengan baju kuningnya masuk ke ruangan dan mulai memperkenalkan filsafat secara sederhana. Saya sih diam saja, mencoba memahami setiap rangkaian kata yang dibuat sama Pak Alif.

“Ilmu itu menjawab pertanyaan, sedangkan Filsafat itu mempertanyakan jawaban dari ilmu tersebut. Jawaban itu adalah Value/nilai.

Dari sekian banyak hal yang dijelaskan oleh Pak Alif dari hari pertama hingga hari kedua pertemuan, saya paling suka dengan kalimat ini. Menurut saya ada nilai lebih dari kalimat tersebut. Dari sini pola pikir saya mulai berubah.

“Dengan filsafat, kita mencoba untuk berfikir secara luas dari beberapa sudut pandang hingga menemukan nilai sesungguhnya”

Dalam kalimat ini, saya juga memperoleh titik terang dari sebuah filsafat. Disini saya mengaitkan dengan peranan kita yang insyaAllah akan menjadi seorang Psikolog. Dimana kita itu dalam bertindak sebagai Psikolog, harus mampu berfikir kritis. Objektif dan bukan subjektif, berbagai arah dan bukan hanya satu arah.

“Filsafat itu memiliki beberapa pengertian, yaitu : Filsafat sebagai suatu sikap (tenang, tidak buru-buru, reflektif) ; sebagai metode berfikir ; sebagai kelompok masalah ; sebagai sekelompok teori ; sebagai analisa bahasa ; dan sebagai usaha memperoleh pandangan menyeluruh”

Dari sini dikatakan bahwa cakupan filsafat itu memang luas dan dari beberapa sudut pandang, sehingga tidak mengherankan bila filsafat pun memiliki banyak pengertian yang cukup menarik untuk digali.

Dihari pertemuan yang kedua, dibahas tentang Persoalan (ke)hidup(an) pada dasarnya adalah bahasan Filsafat. Persoalan kehidupan itu kan tidak lepas dari kata “Apa, bagaimana, dan untuk apa”. Nah, landasan pengembangan ilmu filsafat itu juga mencakup ketiga pertanyaan tersebut.

Kemudian asal mula (ber)filsafat itu diantaranya adalah karena kekaguman, keheranan, ketakjuban ; ketidakpuasan ; keingintahuan ; keraguan. Seorang pemimpin yang pernah memimpin negeri ini, seperti Pak Soekarno dan Pak Habibie, beliau berdua merupakan tokoh-tokoh yang sangat intelektual. Bagaimana beliau mampu memimpin diri mereka sendiri dan negeri ini dalam kehidupan mereka, secara tidak langsung didasarkan karena keempat komponen tersebut.

Inilah sedikit gambaran yang saya jelaskan dari pertemuan pertama hingga kedua. Memang tidak banyak, hanya beberapa poin. Sedikit tapi pasti. Yang namanya perkenalan itu kan harus step by step. Lebih baik kita mengetik apa yang kita ketahui walaupun sedikit, daripada mengetik sesuatu yang banyak dari modul tapi kita belum paham. Intinya dari sini, saya cukup takjub dengan proses pengubahan mindset saya yang cukup cepat mengenai filsafat. Filsafat itu ibaratnya “Spektrum terbalik” atau bisa juga dikatakan “Si hitam putih abu-abu menjadi pelangi.”

 

An Nissa Romadhonna (13320298)

“Even if you think, you don’t already have a philosophy you actually do”.

Sebelum saya tahu lebih jauh tentang mata kuliah filsafat sebenarnya pada saat kelas 11 SMA saya telah mendengar istilah filsafat dari beberapa orang di sekitar saya. Beberapa orang yang mengatakan kepada saya bahwa filsafat itu bisa membuat orang yang mempelajarinya menjadi atheis, kafir, atau “belajar gila” dan bermacam-macam stereotipe negatif lainnya. Saat duduk dibangku kelas 11 SMA saya mulai berpikir, apa iya filsafat ilmu yang mengajarkan saya menjadi seperti itu? Masa sih filsafat seperti itu? Namun pertanyaan saya pada saat itu tidak dapat terjawab. Saya tidak tahu harus menanyakan pertanyaan ini kepada siapa.

Di bangku kuliah semester dua, saya mendapat mata kuliah wajib salah satunya adalah filsafat. Saya merasa senang karena mendapatkan mata kuliah yang baru dan paling saya tunggu. Awal pertemuan seperti biasa dosen memperkenalkan diri . Dosen filsafat saya bernama Bapak Alif Lukmanul Hakim. Setelah memperkenalkan diri beliau memulai materi dengan bertaya “ Ada yang tahu apa itu filsafat ?“. Saya langsung mengangkat tangan dan beliau menanyakan siapa nama saya dan apa filsafat menurut saya . Saya menjawab “dari yang saya dengar pak filsafat itu katanya membuat gila”. Lalu beliau beralih menayakan pendapat teman satu kelas saya yang lain mengenai apa itu filsafat.

Setelah terkumpulkan beberapa pendapat dari teman saya akhirnya semua pendapat dijlaskan satu persatu. Dengan suara lantang beliau mengatakan “Filsafat itu tidak membuat gila, sama sekali tidak membuat gila” dengan mimik wajah yang menurut saya marah dengan tatapan mata yang tajam dan terbuka lebar. Saya merasa tersudutkan dari jawaban saya sendiri. Entah kenapa saya merasa bersalah atas apa yang saya katakan . Saya berusaha untuk merasa biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa.

Setalah beberapa waktu berlalu beliau menjelaskan berfilsafat itu sebenarnya adalah perintah dari Allah, dan dalam Al-Qur’an Allah mengajak umat manusia untuk berpikir. Dan berpikir itu adalah bagian dari filsafat. Antara Ilmu pengetahuan dengan Al-Qur’an itu tidak ada pertentangan sama sekali. Persoalan filsafat pada dasarnya adalah bahasan dari persoalan kehidupan. Filsafat mempertanyakan jawaban dari ilmu. Akhirnya pertanyaan saya sudah terjawab bahwa filsafat sama sekali tidak seperti yang mereka katakan.

Dari penjelasan beliau filsafat di dalam bahasa Arab yaitu “faslafah”. Sementara dalam bahasa Yunani filsafat disebut “philosophia” yang merupakan kata majemuk dari philos dan sophia. Philos artinya cinta, sahabat, atau kekasih. Sophia artinya “kebijaksanaan”. Maka boleh dikatakan bahwa filsafat itu usaha untuk mencintai kebiaksanaan atau kearifan. Luar biasa.

Filsafat mengajarka agar berfikir yang berbeda dengan yang lain, dalam arti berfikir secara outbox. Menggunakan sudut pandang yang luas atau tidak terbatas. Memandang sesuatu menggunakan jarak dan membangun sudut pandang. Dengan melibatkan rasa tahu yang tinggi. Di akhir pertemuan kami di beri tugas untuk membaca halaman 5 pada buku persoalan filsafat. Itu yang saya ingat dari pertemuan pertama.

Pada pertemuan kedua dalam mata kuliah filsafat sangat menarik. Dalam penyampaian materi pak Alif memberi pandangan masalah politik dan ekonomi yang dikaji secarah fislafat. Sebuah permasalahan global yang sedang hangat-hangatnya yaitu hilangnya salah satu pesawat milik Malaysia. Dari paparan penjelasan beliau yang saya tangkap dalam gambaran dan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kehidupan, menuntun,dan mengantarkan seseorang pada dunia pemikiran yang sangat mendasar dan substansial. Sehingga dalam mengkaji permasalahan secara berfislafat dibutuhkan sikap radikal, kritis, rasional, reflektif, konseptual, koheren, konsisten, sistematis, metodis, komprehensif, bebas dan bertanggung jawab. Dalam menjelaskan kepada siswa beliau menggunakan cara yang sangat menarik. You’re awesome , Sir!

Dapat saya simpulkan bahwa filsafat adalah suatu tindakan, suatu aktivitas. Filsafat adalah aktivitas untuk berpikir secara mendalam tentang pertanyaan-pertanyaan besar. Mengaplikasikan kebiasaan menganalisis segala sesuatu dalam hidup seperti yang diajarkan dalam metode berfilsafat sangat diperlukan bagi saya dan mahasiswa lainnya. Secara langsung akan menjadikan mahasiswa cerdas, kritis, sistematis, dan objektif dalam melihat dan memecahkan beragam masalah. Dengan berfilsafat mahasiswa selalu dilatih untuk berpikir secara universal, multidimensional, komprehensif, dan mendalam. Cara berpikir seperti Itulah yang diharapkan dari para generasi penerus bangsa.