HAKIKAT FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU
oleh: Alif Lukmanul Hakim
1. Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Filsafat dan Ilmu
Setiap kejadian atau peristiwa pada dasarnya tidak dapat lepas dari peristiwa-peristiwa lain yang mendahuluinya. Jadi, sesuatu itu bias terjadi karena ada hubungan dengan peristiwa sebelumnya. Oleh karena itu kejadian demi kejadian atau peristiwa demi peristiwa haruslah selalu diperhatian kehadirannya. Demikian pula dengan apa yang disebut filsafat dan ilmu, ia muncul dan berkembang bukan karena ia sendiri, melainkan adanya sesuatu (peristiwa) yang memicu muncul dan berkembangnya. Menurut Rinjin (1997 : 9-10), filsafat dan ilmu timbul dan berkembang karena akal budi, thauma(sia), dan aporia.
a. Manusia merupakan makhluk berakal budi.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang berbudaya, sehingga manusia memiliki akal dan budi, dengan demikian manusia diberi kemampuan untuk berkomunikasi dan dengan berkomunikasi itu sebenarnya manusia adalah mahkluk yang berbahasa. Didalam penyampaiannya selalu berbahasa dan oleh karena itu manusia bias disebut sebagai mahkluk yg berbahasa (homo loquens) dan yg selalu menggunakan symbol-simbol (animal symbolicum). Dengan akal budinya, manusia dapat berpikir abstrak dan konseptual sehingga dirinya disebut sebagai homo sapiens (makhluk pemikir) dan yang ditandai dengan sifat selalu ingin tahu. Pada diri manusia melekat kehausan intelektual (intellectual curiosity), yang menjelma dalam wujud aneka ragam pertanyaan. Bertanya adalah berpikir dan berpikir dimanifestasikan dalam bentuk pertanyaan. Saling berjalin kelindan.
b. Manusia memiliki rasa kagum (thaumasia)
Manusia memliki rasa kagum yang terutama ditunjukkan pada alam semesta. Rasa kagum itu bukan dari hasil belajar, melainkan berasal dari Sang Pencipta, oleh karena itu setiap manusia memiliki rasa kagum itu. Rasa kagum itu muncul terutama pula pada berbagai hal yang bagi manusia sulit untuk dijelaskan keberasaannya, misalnya rasa kagum terhadap matahari, bumi, pada diri sendiri dll. Akan tetapi justru dari rasa kagum itulah manusia kemudian mencari tahu asal-usl, sebab akibat dan lain-lain, dan ini disebabkan pula oleh rasa keingintahuan (sense of curiosity) manusia atas ketidaktahuannya itu. Bahkan ia juga berusaha untuk bisa mengetahui kehidupan ini, berusaha untuk mengetahui keberadaan dirinya sendiri.
c. Manusia senantiasa menghadapi masalah
Hal lain yang juga menjadi pendorong munculnya adalah berbagai permasalahan yang selali dihadapi oleh manusia (aporia). Masalah demi masalah akan selalu dihadapi oleh manusia, baik permasalahan yang akan berhubungan dengan kehidupan praktis maupun akan berhubungan dengan kehidupan teoritis. Manusia akan selalu terdorong untuk bisa mengatasi berbagai masalah yang muncul tersebut. Manusia akan selalu mencari jalan keluarnya dan tidak jarang akan memunculkan berbagai temuan baru yang sangat berharga atau berarti bagi kehidupan manusia. Intinya selalu berproses untuk menyelesaikan masalah.
2. Hakikat Filsafat
a. Pengertian Filsafat
Filsafat (terjemahan dari bhs Inggris philolophy) berasal dari bahasa Yunani, yaitu philo, philia, philein (love of ) dan Sophia atau sophos (wisdom). Oleh karena itu secara etimologis filsafat artinya cinta atau MENCINTAI akan kebajikan/kebijaksanaan (love of wisdom). Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Dengan demikian filsafat memiliki makna, yaitu hasrat yang menggebu atau keinginan yang sungguh-sungguh/kemauan keras akan kebenaran sejati. Berdasarkan arti tersebut, para ahli kemudian merumuskan arti dari filsafat itu sendiri. Ada yang menguraiakan bahwa filsafat sebagai suatu upaya untuk berpikir secara radikal dan menyeluruh, cara berpikir dengan mengupas obyek sedalam-dalamnya.
Kattsoff, sebagaimana dikutip oleh Associate Webmaster
Professional (2001), menyatakan bahwa karakteristik filsafat adalah:
•Filsafat adalah berpikir secara kritis dan radikal (mendalam)
•Filsafat adalah berpikir dalam bentuknya yang sistematis.
•Filsafat mengahasilkan sesuatu yang runtut atau koheren
•Filsafat adalah berpikir secara rasional dan konspetual
•Filsafat bersifat komprehensif.
b. Objek Filsafat
Obyek filsafat ada dua, yaitu :
• Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, yang meliputi : ada dalam kenyataan, ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan,
• Objek formal filsafat adalah hakikat dari segala sesuatu yang ada (Lasiyo dan Yuwono, 1994 : 6).
c. Sistematika Filsafat
Sebagaimana pengetahuan yang lain, filsafat telah mengalami perkembangan yang pesat yang ditandai dengan bermacam-macam aliran dan cabang.
• Aliran-aliran Filsafat. Ada beberapa aliran filsafat dinataranya adalah : realisme, rasionalisme, empirisme, idealisme, materialisme, dan eksistensialisme.
• Cabang-cabang Filsafat. Filsafat memiliki cabang-cabang yang cukup banyak dinataranya adalah : metafisika, epistemologi, logika, etika, estetika, filsafat sejarah, filsafat politik, dst.
3. Hakikat Filsafat Ilmu
a. Pengertian Filsafat Ilmu
, Terdapat banyak definisi/pengertian mengenai filsafat ilmu misalnya:
•A. Cornelius Benjamin (dalam The Liang Gie, 19 : 58)
Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsep-konsep, dan pra-anggapan-pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual.
• Conny Semiawan at al (1998 : 45)
menyatakan bahwa filsafat ilmu pada dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of sciences) yang kedudukannya di atas ilmu lainnya.
•Jujun Suriasumantri (2005 : 33-34)
Filsafat ilmu sebagai bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang ingin menjawab tiga kelompok pertanyaan mengenai hakikat ilmu sebagai berikut :
a.Kelompok pertanyaan pertama antara lain sebagai berikut ini. Objek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangap manusia ? (disebut dengan istilah Ontologis)
b.Kelompok pertanyaan kedua : Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu ? Bagaimana prosedurnya ? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar ? Apa yang dimaksud dengan kebenaran ? Dan seterusnya. (disebut dengan istilah epistemologis)
c.Kelompok pertanyaan ketiga : Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu ? Bagaimana kaitan antara cara menggunakan ilmu dengan kaidah-kaidah moral ? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Dan seterusnya. (disebut dengan istilah aksiologis)
b. Karakteristik filsafat ilmu
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diidentifikasi karakteristik filsafat ilmu, yaitu:
• Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat.
• Filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara filosofis dari sudut pandang ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
c. Objek filsafat ilmu
• Objek material filsafat ilmu adalah ilmu
• Objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis,yaitu secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
d. Manfaat Mempelajari filsafat ilmu
•Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus diharapkan untuk bersikap kritis terhadap berbagai macam teori yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber lainnya.
•Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para mahasiswa sebagai calon ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian ilmiah.
•Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah mahasiswa lulus dan bekerja mereka pasti berhadapan dengan berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan masalah diperlukan kemampuan dan kedalaman berpikir kritis dalam menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu diterapkan.