Refleksi Dinar Pradipta

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa studi filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menjawab pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam metode ilmu-ilmu khusus. Jadi, filsafat membantu untuk mendalami pertanyaan-pertanyaan seputar asasi manusia tentang realitas dan lingkup tanggung jawabnya. Filsafat mengajarkan kita untuk memperhatikan cara pandang kita sendiri dan orang lain.

Awalnya saya menganggap bahwa filsafat merupakan ilmu yang kuno, hanya memandang sesuatu dari segi yang orang awam jarang bisa mengerti maksudnya. Tanpa disadari, sebenarnya kehidupan sehari-hari kita tak lepas dari persoalan-persoalan yang berkaitan dengan filsafat. Contohnya adalah ketika kita sedang galau bijak, kita akan selalu menggunakan kata-kata bijak yang sebenarnya banyak mengandung makna filosofis didalamnya. Ada banyak tokoh-tokoh terkenal yang sering menggunakan makna filosofi dalam tulisan-tulisannya, yang mungkin tanpa kita sadari, kita sering menirukannya. Mungkin kita kurang peka dengan kehadiran filsafat dalam kehidupan kita, karena sebagian diantara kita masih banyak yang menganggap filsafat sebagai sebuah ilmu yang abstrak dan butuh pemahaman khusus. Labeling tersebut yang kemudian menyebar dimasyarakat dan mempengaruhi persepsi orang tentang ilmu filsafat.

Ilmu filsafat tidak hanya berdiri sendiri, melainkan berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang lain. Banyak hal yang saya dapatkan selama mengikuti kuliah filsafat, saya jadi lebih memahami kaitan filsafat dengan ilmu yang lain. ‘’Filsafat mempertanyakan jawaban dasar sebuah ilmu pengetahuan’’, begitu kata Pak Alif, dosen mata kuliah filsafat. Ilmu pengetahuan bersifat relatif, menghadirkan ilmu-ilmu baru. Itulah alasan mengapa filsafat ada untuk mempertanyakan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut. Persoalan-persoalan filsafat juga terdiri dari berbagai aspek permasalahan yang bersifat parenial (terus-menerus ada).

Filsafat sendiri bermula dari keraguan atau ketidakpuasan orang-orang tentang pemikiran-pemikiran yang telah ada dan rasa keingintahuan yang besar terhadap suatu hal atau permasalahan. Pertemuan kuliah kali ini cukup membuat saya tertarik dengan filsafat dan mematahkan anggapan masyarakat bahwa filsafat itu ilmu yang tidak fleksibel. Saya banyak belajar bahwa kita seharusnya memandang sesuatu tidak hanya dari satu sudut pandang saja, melainkan masih banyak opsi pandangan yang lain yang dapat dipertimbangkan. Dalam dunia psikologi, filsafat sangat dianjurkan untuk dipelajari, karena filsafat merupakan ilmu yang praktis, teoritis, dan sistematis. Sama halnya dengan psikologi, kita dituntut untuk berpikir teoritis dan penelitian-penelitiannya harus melalui proses yang sistematis. Karena psikologi merupakan ilmu jiwa, jadi semua yang dipelajari di psikologi harus berdasar pada teori-teori yang ilmiah dan sistematis.

Sebagai calon psikolog, saya sangat butuh belajar filsafat. Karena dari filsafat, saya dituntut untuk lebih berpikir kritis. Memandang persoalan dunia dengan cara pandang yang berbeda dari orang kebanyakan. Menyeleksi dan mengoreksi setiap informasi yang berkembang dimasyarakat dengan cerdas, tidak begitu saja menerimanya mentah-mentah. Bisa jadi, masalah yang berkembang dimasyarakat hanya tipuan untuk mengalihkan suatu isu permasalahan atau untuk menarik perhatian masyarakat. Persepsi kita tentang realitas tergantung pemahaman dari apa yang kita ketahui. Filsafat membantu kita mengintegrasikan mana yang harus dipilih dan mana yang tidak, dan menunjukkan makna dari eksistensi manusia. Eksistensi mendorong manusia untuk tetap hidup dan diakui sebagai individu. Dengan berfilsafat, seseorang dapat memaknai hidup, dalam lingkup pribadi maupun sosial.

Belajar filsafat akan melatih seseorang untuk mampu meningkatkan kualitas berfikir secara mandiri, mampu membangun pribadi yang berkarakter, tidak mudah terpengaruh oleh faktor eksternal, tetapi disisi lain masih mampu mengakui harkat martabat orang lain, mengakui keberagaman dan keunggulan orang lain. Dengan berfilsafat, manusia selalu dilatih dan dididik untuk berpikir secara universal, multidimensional,dan mendalam. Filsafat memberikan dasar-dasar semua bidang kajian pengetahuan. Kebiasaan menganalisis segala sesuatu dalam hidup seperti yang diajarkan dalam metode berfilsafat akan menjadikan seseorang cerdas, kritis, sistematis, dan objektif dalam melihat dan memecahkan beragam problema kehidupan, sehingga, mampu meraih kualitas, keunggulan dan kebahagiaan hidup.

Filsafat menawarkan metode-metode mutakhir untuk menangani masalah-masalah mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik yang biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab, keadilan, dan sebagainya. Jadi, sudah tidak diragukan lagi bahwa ilmu filsafat juga mampu mengikuti perkembangan arus globalisasi yang semakin pesat.

Saya semakin tertarik untuk belajar filsafat. Karena dengan belajar filsafat, menjauhkan kita dari anggapan-anggapan yang salah. Kita jadi lebih teliti dalam mempertimbangkan sesuatu dan kita jadi lebih siap dalam menghadapi masalah-masalah yang terjadi. Filsafat menawarkan banyak pilihan cara dalam menyelesaikan sebuah permasalahan.

Dalam mempelajari psikologi juga tak terlepas dari peran ilmu filsafat. Secara khusus, filsafat mampu memberikan kerangka berpikir yang sistematis, logis, dan rasional.

 

 

 

 

Refleksi Ardina

REFLEKSI DIRI SETELAH MEMPELAJARI FILSAFAT DALAM DUA PERTEMUAN

Banyak hal yang telah saya dapatkan dari dua pertemuan mata kuliah filsafat. Dua pertemuan ini telah membuka pikiran sempit saya mengenai filsafat. Banyak orang menanggapbahwafilsafat adalah sesuatu yang menyeramkan, menyesatkan, dan membingungakan. Sebagian besar yang mengatakan itu adalah orang-orang yang belum pernah belajar filsafat. Filsafat yang berasal dari kata philein dan sophosyang memiliki arti mencintai kebijaksanaan, sebenarnya adalah sesuatu yang tidak jauh dari kehidupan manusia. “Even if you think you do not already have a philosophy, you actually do”.Anggapan orang yang menyatakan bahwa filsafat adalah suatu yang menyeramkan dan sebagainya adalah sebuah hasil dari proses generalisasi yang muncul setelah mempunyai presepsi yang didasarkan pada sumber yang tidak objektif. Seharusnya persepsi bersifat objektif, sistematis, dan universal.

Filsafat sangat berkaitan erat dengan ilmu-ilmu lain. Ketika tugas sebuah ilmu adalah mencari jawaban mengenai fenomena yang ada di alam, filsafat berfungsi untuk mempertanyakan jawaban-jawaban dari sebuah ilmu. Kehadiran ilmu diharapkan akan dapat menjawab permasalahan dan membawa kebaikan bagi umat manusia. Ketika ilmu sudah mendapatkan suatu jawaban, filsafat sebagai pencinta kebijaksanaan akan mempertanyakan apakah jawaban dari sebuah ilmu tersebut juga mengandung tugas ilmu yang kedua yaitu membawa kebaikan bagi umat manusia. Terkadang ilmu hanya menjawab pertanyaan dari masalah. Sebagai contoh adalah yang terjadi pada teknologi bayi tabung. Teknologi ini menjawab permasalahan para wanita yang ingin mempunyai anak tanpa melewati proses mengandung, namun teknologi ini tidak memperhitungkan bagaimana efek dari teknologi tersebut bagi keberlangsungan hidup ibu dan anak tersebut. Anak yang tidak dikandung oleh ibu biologisnya tidak akan memiliki kelekatan terhadap ibunya sendiri. Padahal, perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh kelekatan dengan orang tua.

Mengapa dapat seperti demikian? Filsafat memandang sesuatu secara komprehensif. Hal ini dapat didapatkan dengan cara membuat jarak yang proporsional antara manusia yang berfilsafat dengan objek, sehingga dapat menilai sesuatu dengan lebih bijaksana.Cara seperti ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan kontemplasi atau yang biasa disebut dengan refleksi di Gua Hira. Refleksi di Gua Hira menunjukkan untuk melihat secara komprehensif memerlukan jarak, bukan justru mendekat.

Filsafat mengajarkan saya untuk berpikir kritis, skeptis, dan melihat sesuatu secara komprehensif. Beberapa hal ini harus diterapkan dalam pembelajaran di kelas, namun juga diterapkan ketika melihat fenomena-fenomena di sekitar kita. Terkadang, ketika ada informasi yang masuk dalam kognisi saya dan saya menerimanya begitu saja tanpa mempertanyakan kebenarannya atau keobjektifannya saya akan merasa ada sesuatu yang terjadi pada kognitif saya. Sikap kritis dan skeptis yang seharusnya muncul, terkadang tidak muncul. Sikap skeptis sayayang terkadang tidak muncul ini dapat membuat saya mudah dipengaruhi hal baik maupun hal buruk. Hal ini membuat saya sedapat mungkin memilih informasi yang akan saya cerna dalam otak saya dengan cara memilih sumber yang berkualitas dan pasti, sehingga informasi yang saya dapatkan adalah informasi yang baik dan benar dan ketika sikap skeptis dan kritis tidak muncul, yang ada hanya saya dipengaruhi oleh hal baik (bukan hal buruk).

Namun, pada kenyataanya informasi-informasi yang ada tidaklah tentu benar dan memiliki sumber yang meyakinkan. Maka, disinilah sikap-sikap yang diajarkan dalam filsafat harus diterapkan. Kita harus selalu berusaha menilai dengan bijaksana dan tidak cepat melakukan penilaian terhadap sesuatu hal sebelum kita mengetahui seluk beluk hal tersebut.

Selain hal tersebut, setelah belajar filsafat saya tahu bahwa kesalahan yang banyak dilakukan oleh orang adalah menganggap proses sebagaiakhir. Sehingga, ketika saya memilki target tertentu dan belum berhasil mendapatkannya, saya akan percaya bahwa saya berarti maslh dalam proses dan masih harus mencapai tujuan saya hingga akhir.

Implikasi mata kuliah ini terhadap proses belajar psikologi, filsafat mengajarkan saya untuk kritis dan skeptis pada teori-teori yang ada dalam psikologi. Selain itu, kemampuan filsafat dalam melihat sesuatu secara komprehensif membuat saya mencoba untuk melihat suatu permasalahan psikologi dengan komprehensif, sehingga dapat menganalisis sesuatu lebih bijak dan lebih tepat.

Ardina Shulhah Putri-13320258

 

 

Refleksi 2 Pertemuan Awal Kuliah Filsafat

Nama: Canina Yustisia Dwi L

NIM    : 13320225

Reflektif Jurnal Filsafat

Filsafat ? Waktu saya tahu kalau semester dua ini terdapat mata kuliah filsafat, saya langsung malas dan menyerah duluan. “Duh ya filsafat , pasti pusing banget deh . Pasti ribet , susah , bikin stres !”, saya berbicara dalam hati. Filsafat tiga sks , lumayan berat. Materinya berat , susah dipahami , satu dua sama fisika, membosankan , membuat ngantuk dan sebagainya. Pokoknya filsafat itu hal yang sulit menurut saya .

Saya sudah membayangkan kalau orang-orang yang berkecimpung di dunia filsafat itu seperti orang-orang yang rambutnya berantakan, kuno, tua , membosankan dan aneh. Saya juga membayangkan bagaimana dosen filsafat saya seperti itu.

Padahal saya sendiri belum mengetahui filsafat yang sebenarnya seperti apa. Saya hanya mendengarnya dari teman-teman saya , kakak kelas saya di SMA , dan anggapan orang lainnya. “Filsafat tuh bikin kamu bingung sama konsep Tuhan”, “selamat ya , filsafat pusing loh ,susah”, “banyak loh yang sampe gila gara-gara filsafat”. Anggapan mereka ini yang membuat saya terpengaruh. Mindset saya terhadap filsafat menjadi negatif.

13 Maret 2014 , kamis , hari pertama saya kuliah filsafat di ruangan 1.08 FPSB pukul 09.30. Saya penasaran seperti apa sih filsafat itu , bagaimana dengan dosen saya . Benarkah yang selama ini orang-orang bilang tentang filsafat? Apa hanya hoaks saja ? Hmm.. Saya semakin penasaran.

Tidak lama itu , dosen filsafat , pak Alif Lukmanul Hakim masuk ke kelas. Wah sepertinya beliau berbeda dari imajinasi saya tentang sosok dosen filsafat. Pak Alif terlihat muda, fresh dan menyenangkan.

Di awal perkuliahan perdana filsafat ini, pak Alif menanyakan pendapat kepada saya dan mahasiswa di kelas tentang seperti apa filsafat itu menurut kami. Ada yang mengatakan filsafat itu susah, aneh , dan sebagainya. Ternyata bukan hanya saya saja yang terpengaruh bahwa filsafat itu aneh.

Pak Alif hanya heran terhadap pendapat kami tentang filsafat. Beliau menjelaskan filsafat itu tidak aneh , filsafat itu tidak membuat menjadi atheis, filsafat menyenangkan asal dosennya tepat. Beliau mengatakan filsafat itu merupakan dasar dari ilmu yang ada . Beliau juga mengatakan agama Islam juga berkembang karena adanya para filsuf , serta nabi Muhammad pun seorang filsuf yang hebat.

Filsafat hadir untuk mempertanyakan jawaban atas persoalan (ilmu). Filsafat juga untuk menghasilkan ilmu. Ilmu itu hadir untuk menjawab persoalan. Jadi tanpa adanya filsafat , ilmu tidaklah berarti. Karakteristik persoalan filsafat diantaranya yaitu sangat umum, tidak semata-mata faktawi, berkaitan dengan nilai , sinoptik dan implikatif.

Filsafat juga mengajarkan untuk bisa berspekulatif. Spekulatif adalah melihat dengan batin , melampaui apa yang tampak oleh indera. Di balik ekspilsit , ada yang implisit yang harus dieksplisitkan. Di balik teks , ada konteks. Pemahaman tidak harus selalu harfiah, terkadang penafsiran sangat penting. Jadi dalam berspekulatif terhadap suatu peristiwa, filsafat mengajarkan untuk menjauhi dulu pendapat-pendapat yang sudah ada. Kita telaah kembali apa sih yang sebenarnya terjadi dalam peristiwa tersebut.

Kini mindset saya berubah , filsafat tidak senegatif yang saya kira. Filsafat bisa menyenangkan ya kalau kita juga senang untuk mempelajarinya. Bisa jadi sih karena dosennya juga mendukung proses pembelajaran dengan menyenangkan.

 

Refleksi 2 Pertemuan Awal Kuliah Filsafat

Nama  : Siti Nur Jannah

NIM     : 13320210

Kelas   : B

Reflective Journal Filsafat

Bismillahirrahmanirrohim

Pagi itu (13/3) kurang lebih sekitar jam 9.30 di ruang 1.08 dimulailah perkuliahan perdana mata kuliah baru untuk mahasiswa(i) jurusan Psikologi Universitas Islam Indonesia, yaitu Filsafat. Dengan memakai kemeja kuning terang bercorak sederhana yang berlengan panjang, dosen bernama “Pak Alif Lukmanul Hakim” itu terlihat sangat antusias membuka perkuliahan. Materi, motivasi dan sekaligus lawakan berganti-gantian mengisi kelas, keseriusan dan canda tawa mewarnai kelas yang tetap terjaga kondusifitasnya. Kuliah perdana pada hari itu diisi Pak Alif dengan perkenalan dan bertanya tentang anggapan beberapa mahasiswa(i) terkait pandangan mereka mengenai “Apa itu Filsafat?”

Sebagian besar mahasiswa(i) memandang sinis mata kuliah Filsafat. Sudah menakutkan, nggak jelas, aneh, membingungkan, ilmu pemicu stress, sesat dan anggapan negatif lainnya. Jujur pertama mengikuti perkuliahan, saya tidak memiliki pandangan apapun tentang Filsafat. Saya tidak bilang Filsafat itu sangat baik atau sangat buruk. Tetapi dalam waktu 150 menit perkuliahan berlangsung saya mulai memiliki gambaran dan menikmati mata kuliah yang tidak pernah saya temukan sebelumnya di bangku pendidikan. Bagi saya, mata kuliah Filsafat itu menarik dan menyenangkan. Selain karena dibimbing oleh dosen yang tepat dengan passion mengajar yang mengasikkan, santai tetapi masih dalam batas koridor yang wajar, dan ahli dalam membuat mahasiswa(i)nya tidak mengantuk di tengah penyampaian materi. Filsafat pun membuat mata saya terbuka akan banyak hal yang sebelumnya tidak saya ketahui bahkan tidak pernah saya pikirkan. Di pertemuan kuliah yang belum berlangsung lama ini, saya telah banyak belajar hal-hal tersirat yang pak Alif sampaikan. Baik dari segi ilmu, materi yang diberikan, fenomena-fenomena saat ini yang beliau jadikan contoh nyata dalam pembelajaran, guyonan-guyonan yang menggelitik namun dikemas dengan cerdas hingga motivasi-motivasi yang kadang diselipkan dalam perkuliahan.  Saya selalu mengambil hikmah dalam setiap perjalanan yang saya tempuh. Salah satunya perkuliahan Filsafat ini.

Bahwa ternyata hidup selalu penuh dengan fatamorgana. Ada hal-hal yang ketika dilihat dari jauh ternyata berbeda ketika dilihat dari dekat. Seperti ketika siang yang terik, saya melihat jalan raya seperti banjir di kejauhan. Atau saya melihat gunung yang penuh dengan pepohonan hijau tampak seperti berwarna biru jika dilihat dari jauh. Pun demikian dengan lampion taman. Dari jauh, sinarnya terlihat indah berwarna oranye gemerlapan. Namun ketika didekati, ia tak lebih dari sekedar lampu taman biasa.

Sama halnya dengan mata kuliah Filsafat yang belum kita tahu sebelumnya dan masih terasa asing buat sebagian besar mahasiswa(i) jurusan Psikologi. Filsafat yang dari luar terlihat buruk, belum tentu buruk pula dalamnya. Filsafat yang dari luar dipandang sebagai suatu hal yang menakutkan, kenyataannya malah sangat menyenangkan dan tidak membosankan. Filsafat yang dianggap aneh justru sangat menarik untuk dipelajari. Filsafat yang terlihat serba negatif di luarnya, malah memberikan sesuatu yang positif. Itulah sebabnya jangan pernah menilai sesuatu hanya dari tampilan luarnya karena bisa jadi kenyataan sesungguhnya ialah apa yang tidak ia tampakkan di hadapan banyak orang. Terutama orang-orang yang belum pernah mengetahui dan mengenal lebih jauh ilmu Filsafat itu sendiri.

Bagi saya filsafat bukan hanya sekedar teori. Namun Filsafat adalah suatu tindakan, suatu aktivitas. Filsafat adalah aktivitas untuk berpikir secara mendalam tentang pertanyaan-pertanyaan besar dan mendasar dalam hidup manusia (apakah hidup itu, apa tujuan hidup, apakah Tuhan ada, bagaimana wujud Tuhan, dimana Tuhan berada atau bagaimana hidup yang baik) dan mencoba menjawabnya secara rasional, kritis, dan sistematis. Filsafat ialah cermin kehidupan. Sebagai sebuah cermin, ia merefleksikan berbagai sudut pandang kehidupan. Seperti koin, setiap bagian kehidupan juga selalu mempunyai dua sisi yang bertolak belakang dan kita tidak boleh melihatnya hanya dari satu sisi. Pun kadang untuk memahami sesuatu hal kita harus menjauh terlebih dahulu, memberi jarak antara kita dengan apa yang kita lihat agar dapat melihat sudut pandang yang lebih jelas dan menyeluruh sehingga persepsi kita lebih luas, utuh dan bijaksana.

Dengan belajar Filsafat, kita dilatih untuk menjadi manusia yang utuh yaitu mampu berpikir secara logis, rasional, fleksibel dan kritis. Karena Filsafat tidak mengajak atau menjadikan seseorang sesat bahkan gila sehingga berpikir di luar nalar manusia normal. Tetapi mengajak seseorang untuk berpikir lebih kritis. Jadi, sudah saatnya mematahkan dan mengubah mind set (pola pikir) negatif tentang Filsafat dan menggantinya dengan pandangan yang lebih pantas bahwa Filsafat itu menyenangkan bukan menakutkan. Apalagi bila diajarkan dengan dosen yang tepat.

 

 

 

 

 

Refleksi 2 Pertemua Awal Kuliah Filsafat

Wardah R. (13320067)

Filsafat….?!? What is Filsafat?

Bicara soal filsafat, yang ada dalam fikiran saya saat pertama kali melihat jadwal kuliah adalah “Bulet njelimet…” Entah apa itu filsafat, saya sama sekali tidak mengerti dengan hal-hal seperti itu. Saya pun bertanya dalam hati “Apa sih pentingnya filsafat? Untuk kedepannya itu buat apa?” Bahkan saya sempat membayangkan bagaimana kalau mempelajari mata kuliah filsafat tepat di siang hari, saat jam ngantuk, dan diajar sama dosen yang membuat sesuatu yang sudah njelimet menjadi tambah njlelimet.. Untungnya dosen yang mengampu filsafat masih agak muda, untungnya…

Saat sedang mengatur jadwal kuliah yang akan saya ambil, saya sempat membuka google dan mengetik nama dosen UII. Niat hati hanya iseng dan ingin tahu bagaimana model mengajarnya dosen-dosen Psikologi UII. Nah, ternyata secara tidak sengaja saya menemukan blognya pak Alif.. “Ohh ini toh dosennya, lumayanlah…” Saya buka dan sempat membaca sedikit isi blognya, lumayanlah.. tetap gak mudeng.

Nah dari situ, saya kena kualat. Yang awalnya saya sama sekali tidak mau mengambil filsafat jam 1 siang, ternyata pada saat key-in takdir berkata lain. Yah mau bagaimana lagi, sudah jalannya begitu.. Jadi terima saja, semoga ada hidayah yang datang untuk saya.

Satu hal yang paling menggelikan buat saya adalah saat minggu pertama teman-teman sekelas saya (semester 1) mendapat jam kuliah filsafat pada hari senin, saya spontan membelikan cemilan di kantin dan saya berikan ke teman saya. Setelah itu, saya sms dia dan berkata “Itu buat cemilannya kalian, biar tidak ngantuk waktu filsafat…” hehehe… 😀

Cukup bingunglah untuk sebuah kata “Filsafat” dalam kamus saya. Nah, Alhamdulillah hidayah itu cepat datang di hari pertama masuk filsafat. Pak Alif dengan baju kuningnya masuk ke ruangan dan mulai memperkenalkan filsafat secara sederhana. Saya sih diam saja, mencoba memahami setiap rangkaian kata yang dibuat sama Pak Alif.

“Ilmu itu menjawab pertanyaan, sedangkan Filsafat itu mempertanyakan jawaban dari ilmu tersebut. Jawaban itu adalah Value/nilai.

Dari sekian banyak hal yang dijelaskan oleh Pak Alif dari hari pertama hingga hari kedua pertemuan, saya paling suka dengan kalimat ini. Menurut saya ada nilai lebih dari kalimat tersebut. Dari sini pola pikir saya mulai berubah.

“Dengan filsafat, kita mencoba untuk berfikir secara luas dari beberapa sudut pandang hingga menemukan nilai sesungguhnya”

Dalam kalimat ini, saya juga memperoleh titik terang dari sebuah filsafat. Disini saya mengaitkan dengan peranan kita yang insyaAllah akan menjadi seorang Psikolog. Dimana kita itu dalam bertindak sebagai Psikolog, harus mampu berfikir kritis. Objektif dan bukan subjektif, berbagai arah dan bukan hanya satu arah.

“Filsafat itu memiliki beberapa pengertian, yaitu : Filsafat sebagai suatu sikap (tenang, tidak buru-buru, reflektif) ; sebagai metode berfikir ; sebagai kelompok masalah ; sebagai sekelompok teori ; sebagai analisa bahasa ; dan sebagai usaha memperoleh pandangan menyeluruh”

Dari sini dikatakan bahwa cakupan filsafat itu memang luas dan dari beberapa sudut pandang, sehingga tidak mengherankan bila filsafat pun memiliki banyak pengertian yang cukup menarik untuk digali.

Dihari pertemuan yang kedua, dibahas tentang Persoalan (ke)hidup(an) pada dasarnya adalah bahasan Filsafat. Persoalan kehidupan itu kan tidak lepas dari kata “Apa, bagaimana, dan untuk apa”. Nah, landasan pengembangan ilmu filsafat itu juga mencakup ketiga pertanyaan tersebut.

Kemudian asal mula (ber)filsafat itu diantaranya adalah karena kekaguman, keheranan, ketakjuban ; ketidakpuasan ; keingintahuan ; keraguan. Seorang pemimpin yang pernah memimpin negeri ini, seperti Pak Soekarno dan Pak Habibie, beliau berdua merupakan tokoh-tokoh yang sangat intelektual. Bagaimana beliau mampu memimpin diri mereka sendiri dan negeri ini dalam kehidupan mereka, secara tidak langsung didasarkan karena keempat komponen tersebut.

Inilah sedikit gambaran yang saya jelaskan dari pertemuan pertama hingga kedua. Memang tidak banyak, hanya beberapa poin. Sedikit tapi pasti. Yang namanya perkenalan itu kan harus step by step. Lebih baik kita mengetik apa yang kita ketahui walaupun sedikit, daripada mengetik sesuatu yang banyak dari modul tapi kita belum paham. Intinya dari sini, saya cukup takjub dengan proses pengubahan mindset saya yang cukup cepat mengenai filsafat. Filsafat itu ibaratnya “Spektrum terbalik” atau bisa juga dikatakan “Si hitam putih abu-abu menjadi pelangi.”

 

An Nissa Romadhonna (13320298)

“Even if you think, you don’t already have a philosophy you actually do”.

Sebelum saya tahu lebih jauh tentang mata kuliah filsafat sebenarnya pada saat kelas 11 SMA saya telah mendengar istilah filsafat dari beberapa orang di sekitar saya. Beberapa orang yang mengatakan kepada saya bahwa filsafat itu bisa membuat orang yang mempelajarinya menjadi atheis, kafir, atau “belajar gila” dan bermacam-macam stereotipe negatif lainnya. Saat duduk dibangku kelas 11 SMA saya mulai berpikir, apa iya filsafat ilmu yang mengajarkan saya menjadi seperti itu? Masa sih filsafat seperti itu? Namun pertanyaan saya pada saat itu tidak dapat terjawab. Saya tidak tahu harus menanyakan pertanyaan ini kepada siapa.

Di bangku kuliah semester dua, saya mendapat mata kuliah wajib salah satunya adalah filsafat. Saya merasa senang karena mendapatkan mata kuliah yang baru dan paling saya tunggu. Awal pertemuan seperti biasa dosen memperkenalkan diri . Dosen filsafat saya bernama Bapak Alif Lukmanul Hakim. Setelah memperkenalkan diri beliau memulai materi dengan bertaya “ Ada yang tahu apa itu filsafat ?“. Saya langsung mengangkat tangan dan beliau menanyakan siapa nama saya dan apa filsafat menurut saya . Saya menjawab “dari yang saya dengar pak filsafat itu katanya membuat gila”. Lalu beliau beralih menayakan pendapat teman satu kelas saya yang lain mengenai apa itu filsafat.

Setelah terkumpulkan beberapa pendapat dari teman saya akhirnya semua pendapat dijlaskan satu persatu. Dengan suara lantang beliau mengatakan “Filsafat itu tidak membuat gila, sama sekali tidak membuat gila” dengan mimik wajah yang menurut saya marah dengan tatapan mata yang tajam dan terbuka lebar. Saya merasa tersudutkan dari jawaban saya sendiri. Entah kenapa saya merasa bersalah atas apa yang saya katakan . Saya berusaha untuk merasa biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa.

Setalah beberapa waktu berlalu beliau menjelaskan berfilsafat itu sebenarnya adalah perintah dari Allah, dan dalam Al-Qur’an Allah mengajak umat manusia untuk berpikir. Dan berpikir itu adalah bagian dari filsafat. Antara Ilmu pengetahuan dengan Al-Qur’an itu tidak ada pertentangan sama sekali. Persoalan filsafat pada dasarnya adalah bahasan dari persoalan kehidupan. Filsafat mempertanyakan jawaban dari ilmu. Akhirnya pertanyaan saya sudah terjawab bahwa filsafat sama sekali tidak seperti yang mereka katakan.

Dari penjelasan beliau filsafat di dalam bahasa Arab yaitu “faslafah”. Sementara dalam bahasa Yunani filsafat disebut “philosophia” yang merupakan kata majemuk dari philos dan sophia. Philos artinya cinta, sahabat, atau kekasih. Sophia artinya “kebijaksanaan”. Maka boleh dikatakan bahwa filsafat itu usaha untuk mencintai kebiaksanaan atau kearifan. Luar biasa.

Filsafat mengajarka agar berfikir yang berbeda dengan yang lain, dalam arti berfikir secara outbox. Menggunakan sudut pandang yang luas atau tidak terbatas. Memandang sesuatu menggunakan jarak dan membangun sudut pandang. Dengan melibatkan rasa tahu yang tinggi. Di akhir pertemuan kami di beri tugas untuk membaca halaman 5 pada buku persoalan filsafat. Itu yang saya ingat dari pertemuan pertama.

Pada pertemuan kedua dalam mata kuliah filsafat sangat menarik. Dalam penyampaian materi pak Alif memberi pandangan masalah politik dan ekonomi yang dikaji secarah fislafat. Sebuah permasalahan global yang sedang hangat-hangatnya yaitu hilangnya salah satu pesawat milik Malaysia. Dari paparan penjelasan beliau yang saya tangkap dalam gambaran dan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kehidupan, menuntun,dan mengantarkan seseorang pada dunia pemikiran yang sangat mendasar dan substansial. Sehingga dalam mengkaji permasalahan secara berfislafat dibutuhkan sikap radikal, kritis, rasional, reflektif, konseptual, koheren, konsisten, sistematis, metodis, komprehensif, bebas dan bertanggung jawab. Dalam menjelaskan kepada siswa beliau menggunakan cara yang sangat menarik. You’re awesome , Sir!

Dapat saya simpulkan bahwa filsafat adalah suatu tindakan, suatu aktivitas. Filsafat adalah aktivitas untuk berpikir secara mendalam tentang pertanyaan-pertanyaan besar. Mengaplikasikan kebiasaan menganalisis segala sesuatu dalam hidup seperti yang diajarkan dalam metode berfilsafat sangat diperlukan bagi saya dan mahasiswa lainnya. Secara langsung akan menjadikan mahasiswa cerdas, kritis, sistematis, dan objektif dalam melihat dan memecahkan beragam masalah. Dengan berfilsafat mahasiswa selalu dilatih untuk berpikir secara universal, multidimensional, komprehensif, dan mendalam. Cara berpikir seperti Itulah yang diharapkan dari para generasi penerus bangsa.