Nama : Yolanda Dwi Asmara
NIM : 13321134
Kelas : C
Tugas Akhir Mata Kuliah Pengantar Filsafat dan Logika,
Review Pertemuan Semester 1
“Filsafat” merupakan salah satu mata kuliah pertama dan mungkin pelajaran terbaru yang saya temui selama duduk dibangku pendidikan. Selepas Sekolah Menengah Atas banyak hal-hal baru yang saya temukan di Universitas Islam Indonesia, yakni Perguruan Tinggi Swasta yang saya duduki sekarang dan Insya’ Allah beberapa tahun kedepannya. Menemukan hal baru serta mempelajarinya secara mendalam tentu bukanlah hal yang mudah, apalagi untuk ukuran anak SMA jurusan IPA yang menyesatkan diri ke jurusan Sosial Budaya saat kuliah. Latar belakang masa lalu bukanlah permasalahan besar, jika kita memang memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang tinggi. Alhasil saat melihat jadwal pada hari Rabu, jam 14:41-16:20 yang bertuliskan mata kuliah “Pengantar Filsafat dan Logika” semakin membuat rasa keingintahuan saya menjadi-jadi.
Pertemuan pertama, dimulai dengan rasa ingin tahu yang tinggi dari kos, saya melangkah menujuh kampus. Tepatnya Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Ruang 01.02, tak banyak yang saya ingat tentang hari itu. Karena pertemuan pertama saya telah meninggalkan kesan jelek yakni datang terlambat. Satu hal yang saya dapatkan, dosen yang berdiri didepan dan menjelaskan tentang filsafat itu bernama “Pak Alif Lukmanul Hakim”. Ada satu hal lagi yang sangat berkesan saat pertemuan pertama di mata kuliah Pengantar Filsafat dan Logika, salah satu teman baik saya yang bernama “Brilliant Ayesha Nadine” memberikan pertanyaan kepada pak Alif, “Mengapa Bapak pada saat kuliah memilih jurusan Filsafat dan sampai akhirnya menjadi dosen Filsafat, padahal Bapak sendiri bilang bahwa orang filsafat itu tidak menghasilkan uang/materi yang banyak dan orang-orang filsafat sering dianggap sebelah mata oleh orang lain diluar sana?”.
Pak Alifpun menjawab, “Kamu, pasti tidak suka filsafat yaa? Memang filsafat tidak menjajikan saya banyak uang/materi, namun yang harus diketahui bahwa filsafat ini bukan merupakan aliran sesat atau membawa seseorang ke jalan atheis (tidak percaya pada sang pencipta). Filsafat ini bersifat spekulatif, disini dia berada ditengah-tengah, yakni meluruskan serta membela ilmu yang relatif (bisa salah dan benar). Lalu jika filsafat ini terdapat kesalahan didalamnya maka akan diluruskan oleh ilmu agama yang mutlak. Jadi kesalahan besar, jika ada orang diluar sana yang mengatakan bahwa belajar filsafat tidak berguna ataupun ilmu yang membawa kita pada aliran sesat”.
Sangat mengesankan, mungkin itulah kata-kata yang pantas disampaikan untuk mata kuliah yang satu ini. Awal yang sangat baik, cara Pak Alif membukakan mata kami mengenai filsafat benar-benar jelas.
Pertemuan ke dua, sama canggungnya seperti pertemuan pertama. Banyak hal yang belum saya ketahui tapi harus saya ketahui, mungkin itu prinsip yang harus dipegang untuk menghadapi mata kuliah yang baru terdengar oleh telinga ini. Pembahasan dipertemuan kedua lebih menuntut kami sebagai mahasiswa/i untuk memahami apa inti dari ilmu filsafat itu sendiri. Beberapa topik yang dibahas adalah mengenai Filsafat, Ilmu & Pengetahuan, serta Ilmu Filsafat. Dari pertemuan kedua ini, sedikit demi sedikit membukakan pikiran saya bahwa “Mempelajari filsafat ternyata mempunyai banyak manfaat, maksudnya disini saya sebagai mahasiswa/i di tuntut untuk membiasakan diri untuk bersikap kritis, bersikap logis, menyatukan segala perbedaan pandangan lalu menemukan hasil pemikirannya, dan juga memberikan pelajaran kepada saya sebagai mahasiswa untuk bisa berpikir cermat”.
“Asal Mula Filsafat” merupakan pokok pembicaraan di pertemuan ke tiga, pada pertemuan ketiga ini lebih banyak menyinggung pada pembahasan pertemuan kedua. Pak Alif selaku dosen, selalu memberikan kesempatan kepada mahasiswa/inya untuk bersikap kritis yakni memberikan peluang kepada kami untuk memberikan pertanyaan. Cara pembelajaran yang digunakan Pak Alif yakni diawali dengan membahas sedikit-sedikit materi sebelumnya membuat kami terpancing untuk mengetahui mata kuliah ini lebih dalam lagi. Pada pertemuan ini banyak pertanyaan dari teman-teman saya yang dapat saya simpulkan jawaban dari Pak Alifnya, yakni “Filsafat itu tidak semata-mata membahas pokok pembahasan yang faktawi, maksudnya segala hal umum yang ada di muka bumi ini dapat di angkat dan dibicarakan. Filsafat juga dalam meluruskan segala sesuatu yang menjadi pembicaraannya secara utuh/menyeluruh, Jadi tidak akan menyulitkan kita untuk memahaminya”.
Pertemuan ke empat, kembali saya meninggalkan kesan jelek di mata dosen. Pada pertemuan ini tidak banyak yang saya dapat, karena ketelatan saya bisa dikatakan sudah melampaui batas yakni 36 menit. Namun untungnya Pak Alif masih mengizinkan masuk, dan saya bisa mengisi buku presensi. Dari buku catatan teman, saya menyalin beberapa materi yang tertinggal beberapa menit keterlambatan saya. Topik hari itu lebih memfokuskan pada “Cabang-Cabang dari Filsafat” itu sendiri dan yang saya dapat pada pertemuan kali ini adalah “Filsafat itu merupakan ilmu yang paling mendasar dari ilmu-ilmu yang lainnya, bukan berarti filsafat menggurui ilmu lain namun memang kenyataannya filsafatlah yang mendongkrak munculnya ilmu-ilmu lain”.
“Epistemologi merupakan cabang utama/pertama dari ilmu filsafat yang membahas tentang ruang lingkup dan batas-batas pengetahuan”. Itulah sedikit kutipan yang bisa saya berikan dari hasil pertemuan ke lima. Pada pertemuan ini Pak Alif mengajarkan kami mengenai salah satu cabang ilmu yang sangat berperan di ilmu filsafat, yakni “epistemologi”. Seperti pertemuan sebelumnya, kembali saya mendapatkan kesimpulan yang dapat saya tarik dari pertemuan kali ini, yakni “Begitu luar biasa dan menakjubkan sekali mata kuliah Pengantar Logika dan Filsafat, sebelumnya saya kira hanya sebagai mata kuliah yang tidak begitu penting, Namun ternyata sangat luas pokok pembahasannya, salah satunya mengenai cabang ilmu dari ilmu filsafat itu sendiri. Epistemologi berusaha mencari tahu bagaimana pengetahuan itu dapat diperoleh, berarti cabang ilmu ini solah-olah mencari kebenaran dan menjauhi jawaban yang asal-asalan. Luar biasa!”.
Pertemuan ke enam, mengenai “Asumsi Dasar Ilmu”. Menurut saya, ini adalah topik yang sangat sulit saya pahami saat di kelas. Jadi, saya agak kebingungan saat mengikuti pokok pembahasan mengenai Asumsi Dasar Ilmu. Untungnya saat UTS saya mendapatkan slide filsafat mengenai topik tersebut. Asumsi Dasar Ilmu itu sendiri digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian, yakni 1.Aksiologis 2.Epistemologis dan 3.Ontologis. Yang saya dapat dari pertemuan ini mungkin tidak banyak, namun juga tidak menutup kemungkinan bahwa saya memang kurang memahami topik di pertemuan ke enam ini.
Pertemuan terakhir sebelum UTS, yakni pertemuan ke tujuh. Pada pertemuan kali ini Pak Alif lebih banyak menjelaskan kisi-kisi tentang UTS yang akan kami hadapi nanti. Bukan berarti Pak Alif tidak menjelaskan topik selanjutnya, pada pertemuan kali ini kami menerima topik mengenai “Aksiologi, yakni cabang ilmu yang mempelajari serta mempertanyakan bagaimana manusi menggunakan ilmunya”. Yang dapat saya terima pada pertemuan kali ini, saya cukup dikagetkan bahwa :“Filsafat sangat minimalis dalam mengemas cabang-cabang ilmunya, sampai-sampai ada cabang ilmu yang mempelajari bagaimana manusia di muka bumi menggunakan ilmunya. Selain itu juga yang harus diketahui lagi, ilmu filsafat memang bukan ilmu yang mampu membawa kita ke aliran yang salah/sesat. Buktinya dalam cabang ilmu aksiologi saja, ada pembahasan yang membahas mengenai nilai dan etika. Ini membuktikan bahwa filsafat benar-benar ilmu yang murni dan kesalahan besar jika ada orang yang mengatakan bahwa ilmu filsafat itu tidak berguna”.
Setelah UTS, kami kembali melakukan kontrak belajar mata kuliah “Pengantar Filsafat dan Logika” dengan dosen kami Pak Alif Lukmanul Hakim. Pada pertemuan ke delapan ini, kami sedikit membahas mengenai soal-soal saat UTS kemarin. Lalu dilanjutkan ke topik baru yakni “Relasi Ilmu dan Budaya”. Topik kali ini, memang sangat dekat dengan kehidupan manusia pada umumnya. Sayapun bingung mengapa topik ini bisa masuk ke dalam pembahasan mata kuliah Filsafat. Kesimpulan yang dapat saya tarik pada pertemuan ke delapan ini adalah “Ternyata ilmu & budaya dari awal kemunculannya dan terus berkembang sampai sekaran ini mengalami ketergantungan dan saling mempengaruhi. Ilmu yang membantu manusia dalam mencapai tujuan di kehidupannya, memberi pengaruh pada pola pikir manusia dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan kebudayaan itu sendiri dapat menunjukkan karakter dan sifat dari sekelompok manusia tertentu”.
Selanjutnya pada pertemuan ke sembilan sampai pertemuan ke dua belas, kontrak belajar kami dihabiskan dengan metode pembelajaran diskusi yang dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok membahas topik yang mereka angkat ke diskusi kelas, diantaranya adalah : 1.) Metode-metode Logika (Deduksi, Induksi, dan Abduksi) 2.) Prinsip-prinsip Logika 3.) Proposisi 4.) Definisi 5.) Relasi Bahasa dan Logika. Dari pertemuan ke dua belas hingga pertemuan ke dua belas, tentu mempunyai keistimewaan masing-masing, karena memang topik dan pembahasannya yang berbeda. Walaupun begitu, topik yang satu dengan yang lain ada bentuk keterkaitannya. Dari pertemuan ke sembilan hingga pertemuan ke dua belas ini, ada kesimpulan yang dapat saya tarik yakni “Filsafat merupakan ilmu yang transparan/terbuka, ilmu ini mengangkat objek dalam pembahasannya dengan kehati-hatian namun diperjelas sedemikian rupa. Belajar filsafat juga bukanlah hal yang sulit karena semuanya tanpa disadari memang berada di sekitar kita”.
Pertemuan ke tiga belas, metode pembelajaran diskusi di kelas sudah selesai. Pak Alif menggunakan metode pembelajaran lain, yakni menonton. Yang terngiang pertama dipikiran ini adalah film-film berat dan membosankan. Ternyata film yang ditontonkan adalah film dokumenter berjudul “Indonesiaku.. Daerahku..”. Anehnya lagi dari film tersebut, Pak Alif meminta kami mencari statement : cognitive meaning, emotive meaning, deduksi, induksi, dan abduksi. Kembali saya simpulkan lagi “Filsafat benar-benar dekat dengan aktivitas kehidupan manusia sehari-hari, dari yang tidak sama sekali mengerti saya semakin memahami apa filsafat itu sendiri melalui contoh yang ada disekitar saya”.
Pertemuan yang terakhir, cukup singkat dan jelas. Pertemuan yang ke empat belas ini dilakukan bukan bertepatan pada jam kuliah yang sebenarnya, yakni jam kuliah pengganti. Cukup singkat karena Pak Alif hanya menyampaikan kisi-kisi untuk UAS dan juga memberikan tugas akhir yakni mereview pertemuan kontrak belajar kami, dari pertemuan pertama sampai pertemuan ke empat belas.
Dari pertemuan awal sampai ke pertemuan akhir, pada pertemuan pertama dan ke tigalah topik/materi yang membuat saya paham tentang filsafat. Alasannya karena pada saat pertemuan pertama Pak Alif mampu membukakan mata saya mengenai apa itu mata kuliah “Pengantar Logika dan Filsafat” dengan berbagai argumentnya yang menarik untuk didengar. Sedangkan pada pertemuan ketiga saya semakin yakin bahwa filsafat merupakan ilmu yang berbeda dengan ilmu yang lain. Tidak rumit dan tidak membingungkan, karena semuanya ada disekitar kita. Tergantung di masing-masing pribadilah untuk bisa memahami dan mengerti suatu ilmu, namun saya rasa mata kuliah ini mampu membuat daya tarik yang postif pada mahasiswa/i yang baru duduk di bangku kuliah. Satu hal lagi yang harus saya tekankan, benar kata Pak Alif bahwa Filsafat bukanlah ilmu yang membawa seseorang pada aliran yang salah/sesat. Karena seperti namanya, berfilsafat berarti kita mampu bersikap kritis, mempunyai sudut pandang yang luas, menciptakan pemahaman yang utuh, dan mampu menciptakan seseorang menjadi lebih bijaksana lagi. Kedepannya, semoga orang-orang diluar sana yang berpikiran negatif kepada ilmu Filsafat ini semoga tersadarkan dari teori-teorinya yang salah. Filsafat sama sekali TIDAK membawa manusia kepada kesesatan, namun membawa manusia semakin berpikir LEBIH KRITIS.