“Even if you think, you don’t already have a philosophy you actually do”.
Sebelum saya tahu lebih jauh tentang mata kuliah filsafat sebenarnya pada saat kelas 11 SMA saya telah mendengar istilah filsafat dari beberapa orang di sekitar saya. Beberapa orang yang mengatakan kepada saya bahwa filsafat itu bisa membuat orang yang mempelajarinya menjadi atheis, kafir, atau “belajar gila” dan bermacam-macam stereotipe negatif lainnya. Saat duduk dibangku kelas 11 SMA saya mulai berpikir, apa iya filsafat ilmu yang mengajarkan saya menjadi seperti itu? Masa sih filsafat seperti itu? Namun pertanyaan saya pada saat itu tidak dapat terjawab. Saya tidak tahu harus menanyakan pertanyaan ini kepada siapa.
Di bangku kuliah semester dua, saya mendapat mata kuliah wajib salah satunya adalah filsafat. Saya merasa senang karena mendapatkan mata kuliah yang baru dan paling saya tunggu. Awal pertemuan seperti biasa dosen memperkenalkan diri . Dosen filsafat saya bernama Bapak Alif Lukmanul Hakim. Setelah memperkenalkan diri beliau memulai materi dengan bertaya “ Ada yang tahu apa itu filsafat ?“. Saya langsung mengangkat tangan dan beliau menanyakan siapa nama saya dan apa filsafat menurut saya . Saya menjawab “dari yang saya dengar pak filsafat itu katanya membuat gila”. Lalu beliau beralih menayakan pendapat teman satu kelas saya yang lain mengenai apa itu filsafat.
Setelah terkumpulkan beberapa pendapat dari teman saya akhirnya semua pendapat dijlaskan satu persatu. Dengan suara lantang beliau mengatakan “Filsafat itu tidak membuat gila, sama sekali tidak membuat gila” dengan mimik wajah yang menurut saya marah dengan tatapan mata yang tajam dan terbuka lebar. Saya merasa tersudutkan dari jawaban saya sendiri. Entah kenapa saya merasa bersalah atas apa yang saya katakan . Saya berusaha untuk merasa biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa.
Setalah beberapa waktu berlalu beliau menjelaskan berfilsafat itu sebenarnya adalah perintah dari Allah, dan dalam Al-Qur’an Allah mengajak umat manusia untuk berpikir. Dan berpikir itu adalah bagian dari filsafat. Antara Ilmu pengetahuan dengan Al-Qur’an itu tidak ada pertentangan sama sekali. Persoalan filsafat pada dasarnya adalah bahasan dari persoalan kehidupan. Filsafat mempertanyakan jawaban dari ilmu. Akhirnya pertanyaan saya sudah terjawab bahwa filsafat sama sekali tidak seperti yang mereka katakan.
Dari penjelasan beliau filsafat di dalam bahasa Arab yaitu “faslafah”. Sementara dalam bahasa Yunani filsafat disebut “philosophia” yang merupakan kata majemuk dari philos dan sophia. Philos artinya cinta, sahabat, atau kekasih. Sophia artinya “kebijaksanaan”. Maka boleh dikatakan bahwa filsafat itu usaha untuk mencintai kebiaksanaan atau kearifan. Luar biasa.
Filsafat mengajarka agar berfikir yang berbeda dengan yang lain, dalam arti berfikir secara outbox. Menggunakan sudut pandang yang luas atau tidak terbatas. Memandang sesuatu menggunakan jarak dan membangun sudut pandang. Dengan melibatkan rasa tahu yang tinggi. Di akhir pertemuan kami di beri tugas untuk membaca halaman 5 pada buku persoalan filsafat. Itu yang saya ingat dari pertemuan pertama.
Pada pertemuan kedua dalam mata kuliah filsafat sangat menarik. Dalam penyampaian materi pak Alif memberi pandangan masalah politik dan ekonomi yang dikaji secarah fislafat. Sebuah permasalahan global yang sedang hangat-hangatnya yaitu hilangnya salah satu pesawat milik Malaysia. Dari paparan penjelasan beliau yang saya tangkap dalam gambaran dan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kehidupan, menuntun,dan mengantarkan seseorang pada dunia pemikiran yang sangat mendasar dan substansial. Sehingga dalam mengkaji permasalahan secara berfislafat dibutuhkan sikap radikal, kritis, rasional, reflektif, konseptual, koheren, konsisten, sistematis, metodis, komprehensif, bebas dan bertanggung jawab. Dalam menjelaskan kepada siswa beliau menggunakan cara yang sangat menarik. You’re awesome , Sir!
Dapat saya simpulkan bahwa filsafat adalah suatu tindakan, suatu aktivitas. Filsafat adalah aktivitas untuk berpikir secara mendalam tentang pertanyaan-pertanyaan besar. Mengaplikasikan kebiasaan menganalisis segala sesuatu dalam hidup seperti yang diajarkan dalam metode berfilsafat sangat diperlukan bagi saya dan mahasiswa lainnya. Secara langsung akan menjadikan mahasiswa cerdas, kritis, sistematis, dan objektif dalam melihat dan memecahkan beragam masalah. Dengan berfilsafat mahasiswa selalu dilatih untuk berpikir secara universal, multidimensional, komprehensif, dan mendalam. Cara berpikir seperti Itulah yang diharapkan dari para generasi penerus bangsa.