Mengajar adalah “Passion” saya

Mengajar, terus terang, dari semenjak masih bergulat sebagai mahasiswa, merupakan cita-cita saya. Menjadi Dosen oleh karena itu adalah sebuah keharusan dalam angan-angan kala itu. Ya, cita-cita dan harapan yang kini, syukur alhamdulillah sudah dan sedang dijalani dengan penuh keseriusan tentunya. Tak terasa, 5 tahun lebih profesi ini, sudah saya jalani. Banyak pengalaman serta beragam warna pernah saya temui. Mulai dari hal lucu nan menggemaskan, ketika para mahasiswi bertanya-tanya baik langsung maupun lewat celotehan sambil lalu, sang dosen ini masih single gak ya? Jika pertanyaan itu ditanyakan di akhir 2007 – Awal April 2009, jawabannya adalah ya, single. Tapi, selepas 11 april 2009, tidak lagi dong, sudah punya “pendamping hidup” alias Istri, yang tak disangka juga memilki profesi sebagai Dosen pula diantara sekian banyak aktivitas kesehariannya. “Buntut” — seorang putra — sudah ada, saat ini telah menginjak usia 3 tahun. Pernah di usir oleh staff akademik perguruan tinggi tertentu pun pernah saya alami, ketika hendak mengambil kunci ruangan dan presensi perkuliahan saat hendak mengajar. Masalahnya sepele, karena dia menyangka saya adalah mahasiswa, dia tidak tahu kalau saya adalah seorang Dosen yang hendak mengajar, karena nampak masih sangat imut dan muda mungkin ya? Saat itu akhir 2007, saya masih 25 tahun dan baru mulai menjadi seorang Dosen.

Kembali ke aktivitas mengajar. Berbagai mata kuliah (PKn, Pancasila, Filsafat Pendidikan, Filsafat Ilmu, Logika, Pengantar Filsafat, hingga Pemikiran dan Peradaban Islam) saya ampu di berbagai perguruan Tinggi di kota pelajar Yogyakarta, ada juga yang di Sleman. Mulai dari AMPJ (Akademi Manajemen Putra Yogyakarta), Universitas Islam Indonesia, Universitas Respati Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, sampai Universitas Atmajaya Yogyakarta. Semuanya menghadirkan beragam warna dalam (ke)hidup(an) saya, beragam nilai (value) yang menghiasi derap langkah proses pengembangan diri sebagai seorang Dosen. Ya, sebuah proses “becoming to” (selalu ingin menjadi) lebih baik muncul dalam setiap hembusan nafas dan rangkaian kalimat yang terurai lewat materi perkuliahan yang (ter)(di)sampai(kan) dalam perkuliahn saya. Mengajar, menjadi sebuah “kebutuhan” dan “passion” dalam artikulasi (ke)hidup(an) saya sebagai “manusia pembelajar” — meminjam istilah Andreas Hirata, seorang penulis ternama — yang selalu berusaha belajar dan terus belajar serta berdialektika dengan orang-orang yang ada di sekitar proses “agung” yang sedang dilalui. Mereka — mahasiswa/i adalah teman, sahabat yang luar biasa, yang selalu mengiringi saya untuk mewujudkan sebuah pendidikan dan proses pengajaran yang mampu mempertajam pemikiran dan memperhalus perasaan kita dalam melihat, memahami dan mampu menyelesaikan problem multidimensional yang hadir di hadapan saya dan mereka. semoga.wisuda-s1